1. Perkembangan Kognitif
Masalah gangguan emosi anak tunalaras
dapat menyebabkan kehilangan minat dan konsentrasi belajar sehingga prestasinya
rendah di sekolah. Kelemahan dalam perkembangan kecerdasan ini menjadi penyebab
timbulnya gangguan tinkah laku. Pada dasarnya seorang anak tidak ingin berbeda
dengan temannya tetapi jada saaatnya anak tersebut tidak mampu untuk menyamai
temannya, sehingga menimbulkan masalah. Ketidakmampuan tersebut dapat
menjadikan anak frustasi dan kehilangan kepercayaan diri, sehingga anak akan
terjerumus ke hal-hal yang negatif seperti, membolos, lari dari rumah,
berkelahi, dsb. Selain itu anak dapat memperhitungkan sebab akibat suatu
perbuatan dan mudah terpengerahi oleh hal-hal negatif.
Anak yang berintelegensi tinggi juga
memiliki masalah delam penyesuaian diri dengan teman-temannya. Anak mengalami
kesulitan untuk menyesuaikan diri dengan kelompok anak yang lebih tua tetapi
sejajar dalam kemampuan mentalnya, hal ini disebabkan ketidaksejajaran antara
perkembangan intelegensi dengan kemampuan sosialnya. Masalah lain yang
dihadapi oleh anak yaitu sikap tidak mau
kalah dengan orang lain. Anak tersebut selalu ingin menang sendiri dalam
berbagai kegiatan.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa anak
tunalaras mempunyai perkembangan intelegensi yang tidak berbeda dengan dengan
anak pada umumnya ada yang berintelegensi rendah, sedang, dan tinggi.
2.
Perkembangan
Kepribadian
Para ahli mendefinisikan kepribadian
sebagai suatu organisasi yang dinamis pada sestem psikofisis individu yang ikut
menentukan cara yang unik untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan.
Kepribadian dapat menyebabakan sesseorang berperilaku menyimpang, karena
kepribadian akan mewarnai peranan dan kedudukan seseorang dalam berbagai kelompok
dan mempengaruhi kesadarannya.
Sejak lahir setiap orang sudah dibekali
dengan berbagai kebutuhan dasar yang menuntut pemenuhan kebutuhan dan setiap
orang berusaha memenuhinya yang diwujudkan dalam besrvagai lingkungannya.
Apabila usaha pemenuhan tidak sesuai dengan norma sosial, dapat terjadi konflik
psikis. Dan apabila gagal, stabilitas emosinya akan terganggu kemudian
mendoraong terjadinya perilaku menyimpang.
3.
Perkembangan
Emosi
Terganggunya perkembangan emosi
merupakan penyebab dari kelainan tingkah laku anak tunalaras ciri-cirinya yaitu
kehidupan emosi anak ang tidak stabil, kemampuan mengekspresikan emosi dan
pengendalian diri yang kurang. Terganggunya kehidupan emosi ini merupakan
akibat ketidakberhasila anak dalam melewati fase perkembagan. Penelitian para ahli
menunjukkan bahwa kehidupan emosi pada awal perkembangan individu sangat besar
pengaruhnya terhadap perkembangan selanjutnya.
Kematangan emosional anak ditentukan
dari hasil interaksi dengan lingkungannya, di mana anak belajar tentang
bagaimana emosi itu hadir dan bagaimana cara untuk mengekspresikannya.
Perkembangan emosi ini berlangsung terus menerus sesuai perkembangan usia, akan
banyak pula pengalaman emosional yang diperoleh anak. Tetapi anak tunalaras
tidak mampu belajar dengan baik dalam merasaka dan menghayati emosi yang
mungkin dapat dirasakan, kehidupan emosinya bervariasi. Mereka juga kurang
mampu mengendalikan emosi dan aka menimbulkan penyimpangan tingkah laku,
misalnya mudah marah, mudah tersinggung, kurang mampu perasaan orang lain, dsb.
Perasaan seperti ini akan mengganggu situasi belajar dan mengakibatkan prestasi
belajar yang dicapainya tidak sesuai dengan potensi yang dimiliki, sehingga
memerlukan pengajaran remedial. Fokus bantuan bagi mereka dala mengatasi
kesulitan belajar. Ada beberapa hal yang perlu dilakukan oleh para pengelola
pendidikan dalam usaha memunculkan motivasi belajara bagi anak tunalaras, yaitu
:
a.
Pengaturan
lingkungan belajar
b.
Mengadakan
kerjasama dengan lembaga lain/ lembaga pendidikan umumnya
c.
Tempat
layanan pendidikan
4.
Perkembangan
Sosial
Sejak lahir manusia memiliki kebutuhan untuk
berinteraksi dengan lingkungannya. Interaksi ini berkembang sesuai dengan pola
atau tahapan-tahapan perkembangan. Lingkungan yang menyenangka akan mendorong
tumbuhnya perasaan mempercayai sesuatu (trust) yang kemudian akan berkembang ke
lingkungan yang masih luas. Sebaliknya lingkungan yang tidak memuaskan
pengalaman psikologis yang kurang menyenangkan akan menimbulkan perasaan tidak
mempercayai sesuatu (intrust). Anak tunalaras memiliki hambatan dalam melakukan
interaksi sosial dengan orang lain, tetapi ada saatnya jmereka dapat menjalin
hubungan yang erat dengan temannya dan membentuk suatu kelompok yang kompak.
Ketidakmampuan anak tunalaras dalam
melalui interaksi sosialyang baik dengan lingkungannya desebabkan oleh
pengalaman-pengalaman yang tidak menyenangakan. Pada waktu memasuki tahapan
perkembangan baru anak akan dihadapkan pada tantangan yang timbul dari
lingkungan agar egonya menyesuaikan diri. Oleh karena itu pada setiap
pencapaian tahap perkembangan baru anak menghadapi krisis emosi. Apabila egonya
mampu menghadapi krisis tersebut anak akan mengalami kematangan dan mampu
menyesuaikan diri dengan baik. Emosi atau perasaan mempunyai peranan yang
sangat penting dalam perkembangan hubungan antarindividu. Gangguan emosi akan
diperlihatkan dalam hubungannya dengan orang lain dalam bentuk kecemasan,
agresif, dan impulsif. Keadaan ini dapat terjadi dalam berbagai lingkungan,
baik di rumah atau di sekolah. Jarak yang memisahkan hubungan anak dengan
lingkungannya mula-mula bersifat objektif, akan tetapi kemudian menjadi
bersifat subjektif. Hal ini tergantung kepada bagaimana sikap anak, penghayatan
anak akan dirinya (self-concept), dan
penghayatan ank terhadap lingkungan sosialnya.
Anak tunalaras memiliki penghayatan yang
keliru, baik terhadap dirinya sendiri maupun terhadap lingkungan sosialnya.
Mereka menganggap dirinya tidak berguna bagi orang lain dan merasa tidak
berperasaan. Di antara bentuk-bentuk kelainan tingkah laku, anak yang cemas dan
menarik diri memiliki ancaman yanag lebih besar terhadap dirinya daripada
lingkungan sosialnya. Karena mereka yang menunjukkan tingkah laku yang
mengganggu dan tidak terlalu menimbulkan masalah bagi orang lain sehingga
kurang menarik perhatian.
Masalah yang dihadapi anak yang menarik
diri ini adalah pengendalian dan kelenturan ego. Dalam dirinya tampak suatu
keadaan tidak berdaya yang dipelajari (learned
helplessness) yang dapat menimbulkan masalah serius bila ia mengalami
kekecewaan, ia merasa bahwa kekecewaan adalah bagian dari dirinya. Anak dengan
masalah ini mempunyai konsep yang dimikian rendah sehingga kegagalan dalam
tugas sekolah atau kehidupan sosialnya hanya menunjukkan ketidakberdayaan di
hadapan lingkungannya. Penampilan yang buruk dalam suatu situasi mungkin akan
dilakukannya lebih buruk lagi hanya karena ia merasa pesimis dengan diri dan
kemampuannya lebih buruk lagi lagi hanya karena ia merasa pesimis dengan diri
dan kemampuannya. Perasaan dan sikap rendah diri nampak menonjol dalam
penampilan mereka.
Sumber : Dra. T. Sutjihati Somantri, M.Si, psi, 2006, Psikologi Anak Tunalara, Bandung : PT Refika Aditama
Sumber : Dra. T. Sutjihati Somantri, M.Si, psi, 2006, Psikologi Anak Tunalara, Bandung : PT Refika Aditama
No comments:
Post a Comment