My Blog List

Tuesday, November 18, 2014

MEMAHAMI ISTILAH BASYAR, INSAN, AN-NAS DAN BANI ADAM YANG MEMBERI MAKNA MANUSIA DALAM AL-QUR’AN

MEMAHAMI ISTILAH BASYAR, INSAN, AN-NAS DAN BANI ADAM YANG MEMBERI MAKNA MANUSIA DALAM AL-QUR’AN





1.   Basyar
Basyar dinyatakan dalam al-Qur’an sebanyak 36 kali dan tersebar dalam 26 surat.[1] Secara etimologi Basyar berarti kulit kepala, wajah, atau tubuh yang menjadi tempat tumbuhnya rambut. 
Penamaan ini menunjukkan makna bahwa secara biologis yang mendominasi manusia adalah pada kulitnya.[2] Pada aspek ini terlihat perbedaan umum biologis manusia dengan hewan yang lebih didominasi oleh bulu atau rambut. Makna etimologis dapat dipahami bahwa manusia merupakan makhluk yang memiliki segala sifat kemanusiaan dan keterbatasan, seperti makan, minum kebahagiaan dan sebagainya. 
2. Insan 
Kata Insan yang berasal dari kata al-Uns dinyatakan dalam al-Qur’an sebanyak 65 kali dan tersebar dalam 43 surat.[3] Insan dapat diartikan secara etimologis adalah harmonis, lemah lembut, tampak atau pelupa.[4]
Kata insan digunakan dalam al-Qur’an untuk menunjuk kepada manusia dengan seluruh totalitasnya, jiwa dan raganya.[5] Kata ini dinyatakan dalam al-Qur’an sebanyak 73 kali. Di antaranya terdapat dalam surat an-Nisa’ ayat 28.[6]
3.  An-Nas 
An-Nas dalam al-Qur’an disebutkan sebanyak 241 kali dan tersebar dalam 55 surat.[7] Dalam al-Qur’an keterangan yang jelas menunjukkan pada jenis keturunan nabi Adam as. kata an-Nas menunjuk manusia sebagai makhluk social dan kebanyakan digambarkan sebagai kelompok manusia tertentu yang sering melakukan mafsadah.[8]

4.  Bani Adam


Bani Adam di sebutkan dalam al-Qur’an sebanyak 9 kali. Di antaranya pada surat Yasin ayat 60.[9] Adam di dalam al-Qur’an mempunyai pengertian manusia dengan keturunannya yang mengandung pengertian basyar, insan dan an-nas.[10]
Kata Bani Adam lebih ditekankan pada aspek amaliah manusia, sekaligus pemberi arah ke mana dan dalam bentuk apa aktivitas itu dilakukan.[11]


[1] Muhammad Fu’ad Abdul Baqi, Al-Mu’jam al-Mufahras li alfadz al-Qur’an al-Karim, (T.kp. : Darul Fikri , 1992), hal. 153-154
[2] Samsul Nizar, M.A., Filsafat Pendidikan Islam, Pendekatan Historis, Teoritis dan Praktis, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), hal. 2
[3] Muhammad Fu’ad Abdul Baqi, Al-Mu’jam al-Mufahras li alfadz al-Qur’an al-Karim, ... Op. Cit., hal. 119-120
[4] Quraish Shihab,  Wawasan al-Qur’an; Tafsir Maudhu’i atas Pelbagai Persoalan Umat, (Bandung : Mizan, 1996), hal. 280
[5] Ibid.
[6] Samsul Nizar, M.A.,  Filsafat Pendidikan Islam,  Pendekatan Historis, Teoritis dan Praktis, ... Op. Cit., hal. 5
[7] Muhammad Fu’ad Abdul Baqi, Al-Mu’jam al-Mufahras li alfadz al-Qur’an al-Karim, ... Op. Cit., hal. 895-899
[8] Samsul Nizar, M.A.,  Filsafat Pendidikan Islam,  Pendekatan Historis, Teoritis dan Praktis, ... Op. Cit., hal. 12
[9] Muhammad Fu’ad Abdul Baqi, Al-Mu’jam al-Mufahras li alfadz al-Qur’an al-Karim, ... Op. Cit., hal. 32
[10] Moh. Hasyim dan Zaki Mubarok, Akidah Islam, ...... Op. Cit., hal. 1-3
[11] Samsul Nizar, M.A.,  Filsafat Pendidikan Islam,  Pendekatan Historis, Teoritis dan Praktis, ... Op. Cit., hal. 14

No comments: