My Blog List

Monday, April 29, 2019

TANAMAN JAGUNG

 
Pengendalian Hama Dan Penyakit Pada Tanaman Jagung
PENDAHULUANLatar Belakang
Tanaman juga sudah lama diusahakan petani Indonesia dan merupakan tanaman pokok setelah padi. Penduduk kawasan timur Indonesia seperti Nusa Tenggara Timur, Madura, sebagianmaluku, dan Irian Jaya sudah biasa menggunakan jagung sebagai makanan pokok sehari-hari.Produksi jagung Indonesia sebagian besar berasal dari pulau Jawa ( !!"# dan sisanya berasaldarp propinsi luar Jawa terutama $ampung, %ulawesi &tara, %ulawesi %elatan, %umatra &tara,dan Nusa Tenggara Timur.Jagung memiliki peranan penting dalam industri berbasiagribisnis. &ntuk tahun '),*eotan melalui *irektorat Jendral Tanaman Pangan mengklaim produksi jagung men+apai  juta ton. Jagung dimanaatkan untuk konsumsi, bahan baku industri pangan, industri pakanternak dan bahan bakar. /ebutuhan jagung dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatanseiring berkembangnya industri pakan dan pangan./endala dalam budidaya jagung yang menyebabkan rendahnya produkti0itas jagungantara lain adalah serangan hama dan penyakit. 1ama yang sering dijumpai menyerang tanaman jagung adalah ulat penggerek batang jagung, kutu daun, ulat daun, ulat penggerek tongkol, ulatgrayak, lalat bibit, ulat tanah. %edangkan 2ulai, /arat, penyakit gosong, penyakit busuk tongkoladalah penyakit yang sering mun+ul di tanaman jagung dan dapat menurunkan produksi jagung.&paya pengendalian oleh petani pada saat ini adalah dengan menggunakan pestisida atau bahan kimia lainnya yang tidak ramah lingkungan. Pengendalian 1ama Terpadu (P1T# yangmengintegrasi komponen pengendalian yang selaras terbukti tidak hanya meningkatkan produksi jagung tetapi juga pendapatan petani. %istim P1T melibatkan semua komponen yang berpeluanguntuk menekan atau men+egah hama untuk men+apai ambang batas populasi merusak se+araekonomi (
economic injury level/economic threshold 
# (3ilson, ))#. %istim P1T yang bertujuanmengupayakan agar 4PT tidak menimbulkan kerugian melalui +ara-+ara pengendalian yangeekti, ekonomis, dan aman bagi khalayak, produsen, dan lingkungan menjadi a+uan dasar dalam pengendalian 4PT agar petani tidak bergantung pada pestisida atau bahan kimia lainnya.
 
Tujuan
.
 
Mengetahui jenis hama dan penyakit di ekosistem tanaman jagung.'.
 
Mengetahui kelimpahan artropoda yanmenghuni tanamadan mengelompokkannya berdasarkan perannya.5.
 
Menerapkan teknik sampling dan teknik pengamatan pada beberapa ekosistem tanaman.6.
 
Menganalisis kelimpahaartropoda yang menghuni ekosistem tanamadan kaitannyadengan intensitas kerusakan dan praktek budidaya.7.
 
Menentukan tingkat kejadian dan keparahan penyakit dan kaitannya dengan praktek budaya.
 
TINJAUAN PUSTAKAA.
 
Komodita Jagung
Jagung (8ea mays $.# merupakan salah satu tanaman pangan dunia yang terpenting,selain padi dan gandum. %ebagai sumber karbohidrat utama, di 9merika Tengah dan selatan, jagung juga menjadi alternati sumber pangan di 9merika %erikat. Penduduk beberapa daerah diIndonesia (misalnya di Madura dan Nusa Tenggara# juga menggunakan jagung sebagai pakanternak (hijauan maupun tongkolnya#, diambil minyaknya (dari biji#, dibuat tepung (dari biji yangdikenaln dengan istilah tepung jagung mai:ena#, dan bahan baku industri(dari tepung biji dantepung tongkolnya#. Tongkol jagung kaya akapentosayandipakai sebagai bahan baku pembuatan urual. Jagung yang telah direkayasa genetika juga sekarang ditanaman sebagai penghasil bahan armasi.2erdasarkan bukti genetik, antropologi, dan arkeologi diketahui bahwa daerah asal jagung adalah 9merika Tengah (Meksiko bagian selatan#. 2udidaya jagung telah dilakukan didaerah ini . tahun yang lalu, kemudian teknologi ini dibawa ke 9merika %elatan (;kuador#sekitar < tahun yang lalu, dan men+apai daerah pegunungan di selatan Peru pada 6 tahunyanlalu. /ajian ilogenimenunjukkabahwa jagung (
 Zea mays ssp. mays
merupakanketurunan langsung dari teosinte (
 Zea mays ssp
.
 parviglumis
#. *alam proses domestiknya, yang berlangsung paling tidak < tahun oleh penduduk asli setempat, masuk gen-gen darisubspesies lain terutama,
 Zea mays ssp.mexicana
. Istilah teosinte sebenarnya digunakan untuk menggammbarkan semua spesiedalagenus 8ea, ke+uali
 Zea mays ssp.mays
Prosesdomestikasi menjadikan jagung merupakan satu-satunya spesies tumbuhan yang tidak dapathidup se+ara liar di alam. 1ingga kini dikenal 7. 0arietas jagung, baik ras lokal maupunkulti0ar.Jagung merupakan tanaman berumah satu (
monoecious
#, yaitu letak bunga jantan terpisahdengan bunga betina dalam satu tanaman. *alam taksonominya jagung termasuk dalam
ordoTripsaceae, famili Poaceae, sub familPanicoideaegenuZea, dan spesieZea mayL,
(Muhadjir, )

BENTUK BENTUK PENGENDALIAN HAMA TANAMAN

BENTUK-BENTUK PENGENDALIAN HAMA TANAMAN

Beberapa bentuk pengendalian hama tanaman yaitu : 
1. Pengendalian secara Bercocok Tanam
2. Pengendalian dengan Varietas Tahan
3. Pengendalian secara Fisik dan Mekanik
4. Pengendalian secara Biologi (Hayati)
5. Pengendalian secara Kimiawi
6. Pengelolaan Hama Terpadu 
1. Pengendalian Secara Bercocok  Tanam
Prinsip pengendalian hama secara bercocok tanam adalah menciptakan kondisi agro ekosistem tidak sesuai untuk kehidupan dan perkembangbiakan hama tanaman. Sehingga dapat nengurangi laju peningkatan populasi hama. Selain itu juga menciptakan kondisi lingkungan yang sesuai untuk perkembangan musuh alami. Pengendalian hama secara bercocok tanam merupakan tindakan preventif atau pencegahan sehingga harus dilakukan jauh-jauh sebelum ada serangan hama.

Kelebihan & Kekurangan Pengendalian Hama Secara Bercocok Tanam
(+) Merupakan teknik budidaya untuk meningkatkan produktivitas  hasil-hasil pertanian.
(+) Tidak memerlukan pengeluaran biaya tambahan.
(+) Tidak menimbulkan efek samping yang tidak diinginkan pada lingkungan.
(+) Dapat dengan mudah dilakukan dengan oleh petani.
(-)  Hasilnya tidak dapat diperhitungkan secara pasti
(-)  Kurang efektif, sehingga teknik ini harus dipadukan dengan cara-cara pengendalian lain 

Beberapa Teknik Pengendalian Hama Secara Bercocok Tanam
a. Sanitasi
Artinya membersihkan sisa-sisa atau bagian-bagian tanaman setelah panen. Sisa-sisa atau bagian-bagian tanaman tersebut seringkali dijadikan sebagai :
- Tempat berlindung
- Tempat berdiapause
- Tempat tinggal sementara sebelum tanaman utama ditanam kembali                              
Dengan melakukan sanitasi berarti kita telah mengurangi populasi awal dari hama tersebut sehingga kerusakan yang ditimbulkan pada tanaman berikutnya menjadi berkurang.
Jadi sanitasi dapat dilakukan terhadap :
- Sisa-sisa tanaman yang masih hidup
- Bagian-bagian tanaan yang terserang hama
- Sisa-sisa tanaman yang telah mati
- Bagian tanaman yang jatuh atau tertinggal pada permukaan tanah

b. Pengolahan Tanah
Ada spesies serangga tertentu yang sebagian siklus hidupnya dalam tanah. Contoh:Agrotis iphsilon. Jika tanah diolah serangga tersebut akan terangkat ke atas, mati karena sengatan sinar matahari ataupun ditemukan oleh musuh-musuh alaminya seperti Heliothissp.

c. Pengairan
Pada daerah yang beririgasi teknis, pengaturan air terutama untuk sawah dapat digunakan untuk pengendalaian hama tertentu pada tanaman padi.

d. Pergiliran Tanaman
Tujuannya adalah untuk memutuskan siklus hidup hama tertentu. Caranya jangan menanam spesies tanaman yang menjadi inang dari hama tertentu.
Contoh : Padi --) Kacang-kacangan --) Padi
Hama pada padi bukan hama pada kacang-kacangan.

d. Penanaman Serentak
Penanaman serentak dimaksudkan agar ketersediaan bahan makanan untuk hama menjadi lebih singkat dan pada suatu saat pertanaman tidak ada populasi hama dan populasi hama dapat dihambat.

e. Pengaturan Jarak Tanam
Jarak tanam sangat berpengaruh pada pertumbuhan tanaman dan juga terhadap populasi hama per unit waktu. Serta berpengaruh terhadap perilaku hama dalam mencari makan dan tempat bertelur. Hasil penelitian di IRRI terlihat bahwa jarak tanam padi yang lebar sangat menurunkan populasi wereng coklat (Nilaparvata lugens).

f. Pemupukan
Tanaman teh yang terserang hama penggerek batang (Xylobarus fornicatus) di Srilanka dapat dikurangi intensitas serangannya dengan pemberian pupuk N yang cukup. Unsur N dapat merangsang jaringan baru pada bagian yang rusak.

g. Penanaman Tanaman Perangkap
Tanaman perangkap adalah tanaman yang sengaja ditanam untuk menarik dan memusatkan hama pada tanaman tersebut untuk kemudian dikendalikan dengan pestisida. Contoh : kacang hijau dan jagung yang di tanam diantara tanaman kapas dapat mengurangi populasi Sundapteryx dan Heliothis sp. Pada tanaman kapas.

h. Tumpang Sari
Tumpang sari merupakan menanam tanaman yang berbeda dua atau lebih untuk pengendalian hama.

2. Pengendalian Dengan Varietas Yang Tahan
Daya tahan tanaman terhadap hama didefinisikan sebagai sifat-sifat yag diturunkan oleh tanaman yang mempengaruhi derajat kerusakan oleh serangga hama
Tanaman yang tahan adalah tanaman yang menderita kerusakan yang lebih sedikit bila dibandingkan dengan tanaman lain dalam keadaan lingkungan yang sama dengan tingkat populasi hama yang sama. Jadi tanaman yang tahan, kehidupan dan perkembangbiakan hama menjadi lebih terhambat dibandingkan apabila populasi tersebut berada pada tanaman yang peka atau tidak tahan. Sifat ketahanan ini merupakan sifat asli yang diturunkan atau terbawa oleh faktor genetik.

Tiga Mekanisme Ketahanan Tanaman Menurut Painter 1951
1. Preference = Antixenosis, yaitu tanaman tidak dipilih oleh serangga sebagai makanan, tempat bertelur dan tempat berlindung.     
Ada dua faktor yang mendasari tanaman sehingga tidak dipilih oleh hama yaitu :
1. Tanaman tidak memiliki sifat-sifat yang menyebabkan serangga hama tertarik (sifat Atraktan).
2. Tanaman memiliki sifat-sifat yang menolak (Repellent) yang mengalahkan sifat-sifat yang menyebabkan serangga hama tertarik.
Contoh : Sundapteryx sp. tidak tertarik pada tanaman kapas yang berbulu lebat, karena dapat menghalangi stylet untuk menghisap cairan pada tanaman tersebut.
2. Antibiosis
Tanaman ini akan memberikan efek negatif pada serangga hama apabila memakan tanaman tersebut.
Antibiosis berhubungan dengan : 
- Rendahnya kualitas makanan pada tanaman inang.
- Mengurangi jumlah makanan yang diambil oleh hama.
- Adanya zat-zat beracun yang terdapat pada tanaman.
- Efek negatif yang paling mudah terlihat pada hama adalah  :
- Kematian serangga pada stadia larva atau nimfa
- Mortalitas pupa meningkat.
- Imago yang muncul dari pupa tidak normal dan kesuburannya berkurang.
- Stadia imago berkurang.
- Tidak mampu melakukan diapause dengan sempurna.
- Perilaku gelisah pada saat makan tanaman yang tahan.
Kesemua efek negatif ini dapat mengurangi populasi hama tersebut. Contoh :  kandungan gossifo pada kapas sehingga tahan pada Helicoverpa. Kandungan Dimboa pada tanaman jagung (Ostrinia sp.), Kandungan asparagia pada padi (Nilaparvata lugens)
3. Toleransi
Adalah kemampuan tanaman untuk tumbuh atau sembuh kembali dari kerusakan yang disebabkan oleh serangga hama. Sehingga serangga hama tidak berpengaruh pada hasil.
Mekanisme toleransi dapat terjadi karena faktor-faktor sebagai berikut:
- Kekuatan tanaman secara umum.
- Pertumbuhan kembali jaringan yang rusak.
- Ketegaran batang dari perebahan.
- Produksi cabang-cabang tambahan.
- Pemanfaatan lebih efisien oleh serangga.
Kelebihan penggunaan varietas tahan :
- Penggunaannya praktis dan mmenguntungkan secara ekonomi.
- Sasaran pengendalian yang spesifik
- Efektivitas pengendalian bersifat kumulatif dan persisten terhadap populasi
- Kompabilitas dengan komponen PHT lainnya.
- Dampak pada lingkungan terbatas.
Kekurangan penggunaan varietas yang tahan:
- Varietas yang tahan daya tahannya terbatas hanya spesies hama tertentu saja.
- Varietas belum tentu disenangi oleh petani
- Memperkenalkan varietas tahan memerlukan waktu untuk penyuluhan.
- Biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh varietas tahan cukup besar.
- Tidak mudah menggabungkan ketahanan suatu varietas / plasma nuftah kedalam varietas baru.
- Dapat menghasilkan biotipe baru pada serangga hama.

3. Pengendalian Fisik & Mekanik
Pengendalian Fisik
Merupakan usaha dengan menggunakan atau mengubah faktor lingkungan fisik sedemikian rupa sehingga dapat mematikan atau menurunkan populasi hama yang ditujukan khusus untuk membunuh hama.
Beberapa perlakuan atau tindakan yang termasuk pengendalian fisik antara lain:
a. Perlakuan Panas
Perlakuan dengan panas yang paling berhasil apabila dilakukan pada ruang tertutup. Seperti di gudang penyimpanan untuk mematikan hama gudang.
b. Penggunaan Lampu Perangkap
Ditujukan sebagai alat memonitoring serangga juga dapat digunakan sebagai alat pengendali terutama untuk mengurangi populasi serangga hama.
c. Penghalang atau Barrier
Dimaksudkan untuk membatasi pergerakan serangga hama sehingga tidak menjadi masalah bagi petani. Berbagai bentuk penghalang misalnya berupa pemtang yang ditinggikan, adanya lubang atau selokan jebakan yang dibuat disekeliling pertanaman. buah yang di bungkus dimaksudkan untuk mencegah serangga meletakkan telur pada buah tersebut. 
Contoh : Nangka yang dibungkus, untuk mencegah lalat buah meletakkan telur.

Pengendalian Secara Mekanik
Bertujuan untuk mematikan hama secara langsung baik dengan tangan atau dengan bantuan alat atau bahan lain.
Cara pengendalian secara mekanik antara lain:
- Pengambilan dengan tangan, cara ini merupakan teknik yang paling sederhana dan murah.
Contoh : Tryporiza innotata kelompok telurnya dikumpul.
- Gropyokan, cara ini untuk mematikan tikus baik yang ada di dalam sarang maupun yang berada di luar  sarang, dengan menggunakan alat pemukul.
- Memasang perangkap, serangga dapat diperangkap dengan menggunakan berbagai jenis perangkap, seperti lem lalat dan perangkap tikus.
- Pengusiran, orang-orangan sawah untuk mengusir burung atau dengan bunyi-bunyian.

Kelebihan  dan kekurangan pengendalian secara  fisik  dan mekanik :
- Tidak menimbulkan pencemaran pada lingkungan.
- Dapat dipadukan dengan cara pengendalian lainnya.
- Memerlukan tenaga yang banyak
- Tidak dapat dilakukan untuk lokasi yang luas secara kontinyu.


4. Pengendalian Secara Biologi (Hayati)
Pengendalian hayati adalah suatu pengendalian hama yang dilakukan secara sengaja memanfaatkan atau memanipulasi musuh-musuh alami untuk menurunkan populasi hama.
Pengendalian hayati dalam pengertian ekologi didefinisikan sebagai pegaturan populasi organisme dengan musuh-musuh alami hingga kepadatan populasi organisme tersebut berada dibawah rata-ratanya atau lebih rendah di bandingkan apabila musuh alami tidak ada.
Pengendalian alami adalah merupakan proses pengendalian yang berjalan dengan sendiri tanpa ada campur tangan manusia. Pengendalian alami terjadi tidak hanya karena bekerjanya musuh-musuh alami tetapi juga karena bekerjanya komponen-komponen ekosistem.

Komponen-komponen pengendalian hayati dapat berupa :
a. Parasitoid dan Parasit
Parasit adalah binatang atau organisme yang hidup didalam atau pada organisme lain yang lebih besar yang merupakan inangnya. Karena memakan atau menghisap cairan inangnya.
Parasitoid adalah serangga yang memarasit serangga lain. Pada parasitoid yang bertindak sebagai parasit adalah stadia pradewasa, sedangkan imagonya hidup bebas dan tidak terikat pada inangnya.

Faktor-faktor yang mendukung efektivitas pengendalian dengan parasitoid yaitu :
- Daya kelangsungan hidupnya baik
- Hanya satu atau sedikit individu inang yang diperlukan untuk melengkapi siklus hidupnya.
- Populasi parasitoid dapat bertahan meskipun dalam keadaan populasi yang rendah.
- Memiliki inang yang sempit.
- Kelemahan parasitoid sebagai pengendali:
- Daya cari inang seringkali dipengaruhi oleh cuaca
- Serangga betina yang berperan utama karena mereka yang melakukan pencarian inang untuk  peletakan telur.
- Parasitoid yang memiliki daya cari inang biasanya jumlah telurnya sedikit.

b. Predator.
Predator merupakan organisme yang hidup bebas dengan memakan atau memangsa organisme yang lain.

Perbedaan antara parasitoid dengan predator
- Parasitoid umumnya nersifat monofag atau oligofag, sedangkan predator bersifat poliphag.
- Parasitoid hanya memerlukan satu inang untuk perkembangannya, sedangkan predator memerlukan banyak mangsa untuk menyelesaikan siklus hidupnya.
- Yang mencari inang pada parasitoid adalah imago betina, sedangkan pada predator yang mencari mangsa adalah jantan dan betina, juga pradewasanya.
- Predator mematikan mangsa untuk dirinya, sedangkan parasitoid mematikan inang untuk keturunannya.
- Parasitoid ukuran tunuhnya lebih kecil dibanding inangnya,, predator ukuran tubuhnya lebih besar dari mangsanya.
- Metamorfosis parasitoid adalah sempurna, sedangkan predator ada yang sempurna dan tidak sempurna.
- Parasitoid memarasit inangya pada stadia tertentu, misalnya larva. Sedangkan predator memangsa semua stadia perkembangan mangsanya.
- Parasitoid mematikan inangya memerlukan waktu yang agak lama, predator mematikan mangsanya dalam waktu yang singkat.

c. Patogen
Serangga seperti juga organisme lainnya dalam hidupnya juga diserang oleh banyak patogen atau penyakit yang disebabkan oleh: Virus, Cendawan, Bakteri, Nematoda, dan  Protozoa.    
Beberapa patogen yang dalam kondisi lingkungan tertentu merupakan faktor mortalitas utama pada populasi serangga. Oleh karena kemampuannya membunuh serangga hama sehingga sejak lama patogen digunakan dalam pengendlian hayati

Penerapan Pengendalian Hayati
1. Introduksi
Introduksi artinya memasukkan atau mengimpor musuh alami dari suatu daerah atau negeri ke   daerah lain sering kali cara ini disebut sebagai cara klasik
Contoh : Introduksi Tetrastichus brontispae untuk mengendalikan Brontispa longissimadari pulau Jawa ke  Sulawesi Selatan. Introduksi Curinus coreolius dari Hawaii untuk mengendalikan Heteropsylla cubana (kutu loncat) di indonesia.
2. Augmentasi
Augmentasi merupakan teknik penambahan musuh alami secara periodik dengan tujuan untuk meningkatkan jumlah dan pengaruh musuh alami
3. Konservasi
Konservasi merupakan usaha untuk mempertahankan atau melestrarikan musuh lami yang telah ada di suatu daerah . tekhnik ini bnertujuan untuk menghindarkan tindakan yang dapat menurunkan populasi musuh alami conto penggunaan pestisida.

Pemangkasan tanaman mangga

PEMANGKASAN TANAMAN MANGGA

User Rating:  / 5
PoorBest 

Upaya meningkatkan produksi mangga dapat ditempuh dengan pemangkasan tanaman. Pemangkasan pada prinsipnya merangsang terbentuknya tunas vegetatif-generatif sehingga bidang percabangannya lebih luas dan memungkinkan dapat menambah produksi. Pemangkasan tanaman secara umum dilakukan dengan tujuan merangsang tunas baru yang muncul secara bersamaan dan mencapai umur dewasa dalam waktu yang sama juga, tanaman bebas dari cabang negatif, membentuk tajuk tanaman agar bulat seperti payung terbuka, mengurangi kelembaban, percabangan kokoh dan tersebar merata ke seluruh penjuru serta mempercepat tanaman berbuah.
Pada tanaman mangga, ada dua bentuk pemangkasan yaitu pemangkasan bentuk dan pemangkasan pemeliharaan. Pemangkasan bentuk bertujuan untuk membentuk kerangka dasar tanaman agar mempunyai produktivitas yang tinggi dan membentuk tajuk untuk memudahkan panen serta perawatan tanaman. Pemangkasan pemeliharaan bertujuan untuk kesehatan tanaman, mengoptimalkan pertumbuhan dan produktivitas buah maupun kontinuitas buah serta kemudahan dalam pemanenan.

Pemangkasan Bentuk
Pemangkasan bentuk pada tanaman mangga dilakukan dengan tipe terbuka tengah dengan susunan batang utama dan cabang mengikuti pola 1-3-9-27 yakni 1 (satu) batang utama, 3 cabang primer, 9 cabang sekunder dan 27 cabang tersier. Bunga dan buah mangga muncul di ujung cabang, hal ini berarti semakin banyak ujung cabang yang dimiliki tanaman, kemungkinan lebih banyak pula produksinya.
Pemangkasan bentuk dilakukan pertama kali pada saat tanaman berumur kurang dari satu tahun, saat tinggi tanaman sekitar 1 meter dan diameter batang 1-1,5 cm. Ujung batang dipotong sampai ketinggian 50-70 cm dari permukaan tanah  untuk mengembangkan batang yang kokoh dan   untuk mendorong pertumbuhan beberapa tunas samping. Pemotongan dilakukan 2-3 cm tepat di atas ruas/buku tanaman dengan menggunakan gunting pangkas. Hal ini dimaksudkan agar tunas yang keluar nantinya mempunyai posisi yang relatif sejajar. Setelah tunas tersebut tumbuh menjadi cabang primer, dipilih dua atau tiga  terbaik yang dibiarkan tumbuh, cabang yang dipilih sebaiknya dari ketinggian yang sedikit berbeda dan membentuk sudut antar cabang yang seimbang yaitu sekitar 120o agar tanaman menjadi lebih kokoh. Cabang lain yang tidak dikehendaki dipangkas sampai sekitar 1 cm dari pangkal batang.
Pada tahun kedua cabang primer yang telah tumbuh dengan panjang 80-100 cm dipangkas kembali dengan panjang yang tersisa sekitar 30-50 cm dari pangkal cabang, pemangkasan dilakukan 2-3 cm di atas ruas tanaman.  Dari ketiga cabang primer tersebut masing-masing dipelihara 3 cabang sekunder lagi, demikian selanjutnya hingga tahun ketiga dan bila diperlukan hingga tahun keempat, sampai terbentuk percabangan yang kompak dan tajuk tanaman diarahkan membentuk setengah kubah dengan penyebaran daun yang merata. Pemangkasan direkomendasikan pada awal musim hujan.

Pemangkasan Untuk  Pemeliharaan
Pemangkasan pemeliharaan dilakukan pada tanaman usia produktif. Pemangkasan ini dilakukan umumnya setelah umur tanaman 4-5 tahun dan direkomendasikan setelah panen dan awal musim hujan. Pemangkasan pemeliharaan pada tanaman mangga dilakukan untuk : (1) mengontrol ukuran tanaman, (2) menjaga bagian tengah tanaman yang terbuka untuk penetrasi cahaya dan penyemprotan pestisida, (3) memaksimalkan ujung cabang yang berbuah, (4) meningkatkan kualitas warna buah, (5) sinkronisasi dan mendorong pertunasan serta (6) menghilangkan cabang yang mati dan berpenyakit.
Tanaman mangga yang memiliki tajuk yang lebat dapat lambat bertunas setelah panen dan tunasnya seringkali tidak merata. Tunas yang lambat tumbuh setelah panen dapat menghambat penumpukan energi karbohidrat yang mendukung tajuk tanaman di musim berikutnya. Tunas yang tidak merata dalam suatu tajuk dengan penyebaran umur tunas yang tidak merata akan menimbulkan pembungaan yang tidak merata pada musim selanjutnya. Daun-daun yang tidak terkena sinar matahari secara langsung, lebih bersifat parasit bagi tanaman secara keseluruhan karena tidak melakukan proses fotosintesis namun tetap mendapatkan fotosintat (hasil fotosintesis) dari daun-daun di bagian terluar yang terkena sinar matahari langsung. Itu sebabnya, banyak tanaman yang secara keseluruhan tumbuh dengan lebat, daunnya rimbun dengan warna daun yang hijau pekat, namun teramat sangat jarang memunculkan bunga/buah. Jika muncul bunga/buah, maka bunga dan buah yang muncul jumlahnya terbatas atau sedikit sekali.
Tanaman mangga yang ideal memiliki tajuk yang terbuka, cukup rendah untuk dipetik dengan mudah (tingginya sekitar 3-5 meter) dan memiliki tiga atau paling banyak empat cabang primer serta banyak ujung cabang yang berbuah. Hal ini dapat dicapai salah satunya dengan cara pemangkasan. Tanaman yang dipangkas teratur akan memberikan lingkungan mikro yang baik bagi pertumbuhan tanaman itu sendiri, di mana sinar matahari sebagai sumber energi utama dapat menembus semua bagian tanaman, memberikan iklim mikro yang baik, mengurangi kelembaban yang berlebihan, juga dapat meminimalkan perkembangan jamur dan organisme pengganggu tanaman (OPT) lainnya. Dengan demikian pertumbuhan tanaman menjadi lebih optimal untuk memberikan hasil yang optimal pula.
Cabang-cabang atau tunas liar yang tumbuh tidak pada tempatnya harus dibuang, demikian pula cabang-cabang/tunas air, ranting atau tunas yang sakit dipangkas agar daun memperoleh penyinaran matahari. Tunas air  bersifat parasit dan tumbuh sangat cepat, melebihi kecepatan pertumbuhan tunas-tunas lainnya, dengan mengambil fotosintat hasil fotosintesis sebagai energi pertumbuhannya. Selain itu tunas air juga sangat jarang memunculkan bunga meski tanaman telah memasuki siklus/periode berbunga. Pangkas juga cabang yang bersudut kecil, dahan dan ranting yang rapat, bersilangan atau terlindung, kemudian pangkas dahan dan ranting yang pertumbuhannya ke arah dalam tajuk atau ke arah bawah serta cabang bekas tangkai buah. Tajuk bagian atas dipangkas yaitu mundur satu ruas pada ujung ranting agar dapat mempertahankan ketinggian optimal tanaman. Pemangkasan ujung-ujung ranting akan merangsang keluarnya tunas-tunas baru yang jumlahnya akan lebih banyak dari jumlah tunas sebagai ujung ranting. Selain itu akan memudahkan pemeliharaan dengan mempertahankan tinggi tanaman yang tetap pendek, tidak tinggi menjulang atau tumbuh terlalu melebar ke arah samping sehingga menghabiskan banyak tempat untuk menunjang pertumbuhan tanaman secara keseluruhan.
Alat pangkas yang digunakan adalah gunting pangkas dan gergaji kayu. Gunakan alat pangkas yang tajam dan bersih agar bekas pangkasan terbentuk dengan rapi, tidak meninggalkan luka yang mungkin bisa menjadi sumber infeksi penyakit bagi tanaman. Hindari penggunaan golok/parang untuk memangkas, lebih baik menggunakan gunting pangkas untuk ranting kecil, sementara penggunaan gergaji lebih disarankan untuk memotong cabang tanaman yang berukuran besar, karena bekas potongan akan menjadi lebih rapi. Jika pemangkasan dilakukan pada batang yang besar hendaknya setelah pemangkasan bekas pangkasan disaput menggunakan vaselin, parafin, ter atau cat minyak agar batang sisa pangkasan tidak terinfeksi penyakit.
Waktu pemangkasan tanaman mangga untuk menghasilkan cabang produktif adalah pada bulan Februari-Maret, sedangkan untuk merangsang pembungaan dilakukan pada bulan April-Mei. Pemangkasan juga harus diperhatikan agar tidak berlebihan karena dapat mengakibatkan tanaman mangga tidak berbuah selama dua sampai tiga tahun.

budidaya tanaman sirih

Sirih merupakan tanaman yang tumbuh merambat dan bersandar pada batang pohon lain, tingginya dapat mencapai 5 – 15 m. Batang sirih berkayu lunak, berbentuk bulat, beruas-ruas, beralur-alur, berwarna hijau keabu-abuan.
Daun sirih merupakan daun tunggal, tumbuh berseling. Pangkal daun berbenatuk jantung atau agak bundar asimetris, ujung daun runcing, tepi dan permukaan daun rata, pertulangan menyirip. Warna daun bervariasi, dari kuning, hijau sampai hijau tua. Daun sirih berbau aromatis.
Bunga tersusun dalam bentuk bulir, merunduk, panjang 5 – 15 cm, sendiridsendiri di ujung cabang dan di ketiak daun. Buahnya adalah buah buni, bulat, berdaging, berwarna kuning hijau, menyambung manjadi bulat panjang. Biji berbentuk bulat.
Tanaman sirih dibedakan atas beberapa jenis berdasarkan bentuk daun, aroma dan rasa. Jenis-jenis tersebut adalah sirih jawa (berdaun hijau tua dan rasanya kurang tajam), sirih banda (berdaun besar, berwarna hijau tua dengan warna kuning di beberapa bagian, dan rasa dan bau lebih kuat), sirih cengke (daun kecil, lebih kuning dan rasanya seperti cengkeh), sirih hitam (rasanya sangat kuat dan digunakan sebagai campuran berbagai obat), dan sirih kuning. Jenis sirih yang dikunyah dengan pinang biasanya berwarna hijau muda dan rasadnya kurang pedas.
Syarat Tumbuh
Tanaman sirih dapat tumbuh baik di daerah dengan iklim sedang sampai basah. Sirih dapat ditemui mulai dari daerah dataran rendah sampai dataran tinggi dengan ketinggian 1.000 m di atas permukaan laut. Tanaman sirih menyukai tempattempat yang mendapat cahaya matahari penuh.
Sirih dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah dengan struktur sedang.
Sebaiknya sirih ditanam pada tanah yang subur, berhumus, kaya akan hara dan gembur.
Budidaya Tanaman Sirih
Penyiapan Lahan
Lahan yang akan ditanami sirih dibersihkan dari gulma dan batu-batuan, dicangkul dengan kedalaman olah 20 cm. Setelah diolah, dibuat bedengan, kemudian dibuat lubang tanam dengan ukuran 80 cm x 40 cm x 60 cm. Jarak tanam 2 m x 2 m atau 2,5 m x 2,5 m. Satu bulan sebelum tanam, pada setiap lubang tanam diberi pupuk kandang sebanyak 0,5 kg dan diaduk rata. Untuk menopang pertumbuhan batang dan sulurnya, tanaman sirih membutuhkan pohon tegakan, baik tegakan mati maupun hidup. Untuk tegakan hidup dapat digunakan tanaman dadap, kelor, kayu kuda atau kapok. Tanaman tegakan sebaiknya ditanam sekitar 15 cm dari tempat tanaman sirih agar perakaran sirih tidak terganggu.
Penyiapan Bibit
Pembibitan sirih dilakukan dengan menggunakan stek sulur. Sebaiknya sulur yang akan dijadikan bibit telah mengeluarkan akar yang banyak dan panjang. Sulur dipotong sepanjang 30 – 50 cm. Stek sulur ditanam pada polibeg yang telah diisi media tanam berupa campuran tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan 2 : 1. Penyiraman dilakukan 1 – 2 kali sehari. Areal pembibitan diberi naungan. Stek akan berakar dan siap dipindahkan kea real penanaman setelah berumur 3 – 4 minggu.
Penanaman
Penanaman sebaiknya dilakukan pada awal musim hujan. Bibit dalam polibeg dipilih yang pertumbuhannya baik dan seragam. Bibit dipindahkan ke lubang tanam yang telah disiapkan dengan cara merobek salah satu sisi polibeg. Tanah di sekitar bibit dipadatkan agar pertumbuhannya kokoh. Bibit yang telah ditanam disiram dengan air secukupnya.
Pemeliharaan
Sebaiknya pemupukan tanaman sirih hanya menggunakan pupuk kandang.
Pupuk kandang dari kotoran ayam akan mengakibatkan daun berwarna kekuning kuningan, sedangkan pupuk kandang kotoran sapi atau kerbau akan menghasilkan daun berwarna hijau segar.
Apabila digunakan pupuk kimia, pupuk urea diberikan dengan dosis 50 kg/ha pada saat penanaman dan 50 kg/ha setelah tanaman berumur 4 bulan. Pupuk TSP diberikan pada saat tanam dengan dosis 150 kg/ha. Pupuk KCl juga diberikan pada saat tanam dengan dosis 200 kg/ha. Untuk membantu pertumbuhan cabang dan daun dapat diberikan pupuk daun.
Penyiangan gulma sebaiknya dilakukan secara rutin setiap 1,5 – 2 bulan.
Gangguan pertumbuhan yang disebabkan serangan penyakit dan hama hampir tidak ditemui pada budidaya tanaman sirih.
Panen dan Pascapanen
Panen dapat dilakukan setelah tanaman berumur setahun atau disesuaikan dengan kebutuhan. Pemanenan dilakukan dengan cara memetik daun yang telah tua dari cabang samping.
Daun sirih umumnya digunakan dalam keadaan segar. Kegiatan pascapanen yang dilakukan hanya pencucian.
Kandungan Kimia Daun Sirih
Sirih mengandung minyak atsiri 1% – 4,2 %, hidrosikavicol, kavicol 7,2 – 16,7%, kavibetol 2,7 – 6,2%, allypyrokatekol 0 – 9,6%, karvakrol 2,2 – 5,6%, eugenol 26,8 –-42,5%, eugenol methyl ether 4,2 – 15,8%, p-cymene 1,2 – 2,5%, cineole 2,4 – 4,8%, caryophyllene 3,0 – 9,8%, cadinene 2,4 -15,8%, estragol, terpenena, seskuiterpena, fenil propane, tannin, diastase 0,8 – 1,8%, gula, pati.
Efek Farmakologis dan Hasil Penelitian
Sirih mempunyai efek farmakologi antiradang, meredakan batuk, merangsang saraf pusat, meredakan sifat mendengkur, mencegah ejakulasi prematur, peluruh kentut. Sifat kimiawi sirih adalah rasa hangat dan pedas.
Beberapa penelitian yang telah dilakukan untuk menguji efek farmakologi sirih :
Sediaan perasan daun sirih secara in vitro dapat menghambat pertumbuhan bakteri S. aureus Manfaat dari penelitian ini, perasan daun sirih diharapkan dapat digunakan sebagai obat kumur, untuk mengobati infeksi bakteri S. aureus pada rongga mulut dan tenggorokan (Rakhmat Fadhilah, 1993, JFF FMIPA ISTN).
Hilangnya keluhan gatal, rasa terbakar dan keluarnya secret yang berlebihan pada pengguna suppositoria ekstrak sirih, dijumpai pada 90,9% sample yang menyatakan sembuh. Secara klinis gejala eritema dan erosi dijumpai 90,9% mengalami penyembuhan (Hatma Tunggul Manik, dkk, 1996, BOG FK UI).
Khasiat dan Cara Pemakaian
1. Batuk dan bronkhitis
Bahan :
Daun sirih segar 15 lembar, pegagan segar 10 lembar, ciplukan segar 10 lembar, madu secukupnya
Pemakaian :
Daun sirih direbus dengan 5 gelas air sampai tersisa 2 gelas. Saat masih hangat, saring dan campur dengan madu. Ramuan diminum dalam keadaan hangat sebanyak 2 kali sehari (Mahendra, 2005).
2. Mimisan
Bahan :
Daun sirih segar 1 lembar
Pemakaian :
Daun disirih diremuk atau dilumatkan kemudian digulung untuk menyumbat hidung yang berdarah (Wijayakusuma, 1994).
3. Bisul
Bahan :
Daun sirih segar 10 lembar dan daun dewa segar 10 lembar
Pemakaian :
Daun disirih dan daun dewa dicuci bersih, digiling hingga halus. Ramuan dibubuhkan pada bisul dan sekelilingnya, kemudian dibalut. Pengobatan dilakukan 2 kali sehari (Mahendra, 2005).
4. Mata gatal dan merah
Bahan :
Daun sirih segar 5 – 6 lembar
Pemakaian :
Daun disirih dicuci bersih, direbus dengan 1 gelas air sampai mendidih. Setelah dingin, mata dicuci dengan air rebusan dengan memakai gelas cuci mata. Dilakukan sehari 3 kali sampai sembuh