BLACK METAL: Kelamnya Satanisme dan Ekstrimitas dalam Metal
- By: ERA
- Senin, 10 October 2016
- 28374 Views
- 0 Likes
- 2 Shares
Di dalam ranah Heavy Metal, mungkin ngga ada yang bisa menandingi elemen kontroversi, kekerasan, bahkan kematian, melebihi sub-genre Black Metal. Sepanjang eksistensi-nya dari awal dekade 80-an sampai sekarang, dipenuhi oleh kasus pembunuhan, rasisme, satanisme, serta pembakaran gereja, yang sepertinya lebih memberi sorotan nama buruk dibanding musiknya.
Padahal, secara musikal, Black Metal merupakan perkembangan dari Thrash Metal yang dibawa ke titik lebih ekstrim oleh para pelakunya. Dengan ciri akselerasi beat drum hyper-speed, gerakan ritem gitar ultra cepat, serta ditemani jeritan vokal desibel tinggi yang menyanyikan lirik mayoritas bertema anti kristiani/ anti agama, kematian, katastropi, paganisme dan tentu saja pengabdian untuk satanisme. Black Metal memerlukan profisiensi teknis tinggi untuk dibawakan.
Menarik sejarahnya kebelakang, memang deretan band progenitor Black Metal masih menggunakan template Thrash (Venom, Bathory, Celtic Frost, Mercyful Fate, Death SS, dll), bahkan dengan kualitas lo-fi. Venom sebagai band seminal, mengaku kalo satanisme awalnya hanya diakumulasi sebagai faktor hiburan. Tapi Black Metal ternyata subur tumbuh di Eropa dan Skandinavia yang menyerap esensi-nya ke daratan yang dingin dan depresif. Disebut sebagai ‘Gelombang Pertama’, eksistensi nya terbilang sangat eksklusif dan underground. Ditambah subyek lirik kontroversial dan ekstrim, membuat gelombang resonansi-nya kurang melebar. Tapi bukan berarti pengaruhnya tidak dalam.
Memasuki dekade 90an, esensi dan estetika Black Metal dibawa lagi ke tempat lebih gelap, brutal dan mengerikan. Mulai bermunculan generasi baru band (disebut gelombang kedua) yang tidak hanya menarasikan lirik berbau satanisme lebih intens tapi juga di-praktek-kan ritual-nya. Seolah ingin membuktikan kalau eksistensi mereka lebih dari sekedar make up corpse paint serta image seram, band seperti Mayhem, Burzum, Emperor, Darkthrone tidak hanya mempresentasikan ideologi ekstrim lewat musik tapi juga menyebarkan kebencian. Di Norwegia (dimana komunitas Black Metal paling aktif dan banyak), gerakan yang tadinya terkubur dibawah tanah mulai terangkat jadi sorotan media nasional ketika berita dibakarnya sejumlah gereja bersejarah oleh sejumlah musisi Metal jadi kontroversi. Dari tahun 1992 sampai 1996, tercatat hampir 50 gereja yang dibakar di Norwegia dan Swedia.
Ngga berhenti sampai disitu, awan gelap juga menyelimuti aktivitas para pelaku dan musisi Black Metal yang diwarnai bunuh diri dan pembunuhan. Yang paling tidak terlupakan, pastinya kasus bunuh diri Per Yngve Ohlin aka Dead (vokalis Mayhem) tanggal 8 April 1991 yang menembak wajahnya sendiri dengan pistol berburu di tengah kabin hutan tempat band-nya berkumpul. Mayat Dead ditemukan oleh Euronymous, gitaris Mayhem yang bukannya menelepon polisi, malah membeli kamera instan di toserba terdekat dan mengabadikan mayat Dead dan ditampilkan sebagai sampul album live Mayhem ‘Dawn Of The Black Hearts’.
10 Agustus 1993, scene Black Metal Skandinavia kembali diguncang kasus dibunuhnya Euronymous karena tikaman pisau berkali-kali oleh saingan nya Varg Vikernes, vokalis band Burzum karena masalah seteru antar band dan konflik album rekaman. Ada banyak kasus bunuh diri dan pembunuhan setelahnya. Lekat dengan elemen ritual okult dan pagan, tidak sedikit juga personil Black Metal yang menyayat tubuh sendiri saat tampil konser. Selain menampilkan dekorasi potongan organ binatang, mutilasi kepala kambing, pyroteknik dan darah pastinya.
Ideologi mayoritas musisi Black Metal juga diwarnai dengan komunitas yang mempunyai pandangan nasionalis ekstrim sayap kanan, rasisme dan menjunjung supremasi kulit putih. Mendapat label Nationalist Socialist Black Metal (NSBM), band-band ini mengekspresikan pandangan tentang menjaga ras Eropa murni dan anti semitisme serta menggabungkan nya dengan elemen satanisme dan okultisme. Untuk totalitas pengabdian nya, tidak sedikit musisi yang bergabung dengan organisasi satanis dan okultis seperti Ordo Templi Orientis, Misanthropic Luciferian Order dan Church of Satan.
Pada perkembangan-nya memasuki abad 21, Black Metal diadopsi di berbagai penjuru dunia, terlepas konsep dan ideologi ekstrim yang dibawa. Terpecah menjadi berbagai sub-genre seperti War Metal, Viking Metal, Symphonic Black Metal, Blackgaze, dll. Di Indonesia sendiri, Black Metal sudah diadopsi oleh beberapa band lokal sejak pertengahan dekade 90an, seperti Hellgod (Bandung), Hand of Doom (Surabaya), Santet (Purwokerto), Deafness (Bogor), Vallendusk (Jakarta) dan ada Surabaya Black Metal Division, komunitas Black Metal Jawa Timur. Di awal dekade 2000an di Timur Tengah bahkan muncul gerakan Black Metal anti Islam/ anti agama seperti Janaza (Irak), Seed of Iblis (dari Irak), False Allah (Bahrain), dan Mosque of Satan (Lebanon).
Best Black Metal Album
1980s
Venom – Black Metal (1982)
Mercyful Fate – Don’t Break The Oath (1984)
Hellhammer – Apocalyptic Raids (1984)
Celtic Frost – To Mega Therion (1985)
Bathory – Under The Sign of The Black Mark (1987)
1990s
Darkthrone – A Blaze In The Northern Sky (1992)
Immortal – Pure Holocaust (1993)
Emperor – In The Nightside Eclipse (1994)
Burzum – Hvis Lyset Tar Oss (1994)
Mayhem – De Mysteriis Dom Sathanas (1994)
2000s
Deathspell Omega – Si monvmentvm reqvires, circvmspice (2004)
Taake – Hordalands Does Skvad (2005)
Moonsorrow – Verisäkeet (2005)
Negure Bunget – Om (2006)
Watain – Sworn To The Dark (2007)