My Blog List

Wednesday, July 21, 2021

ASAL USUL DUSUN MANGONAN DESA KARANGSARI KEC. BRATI KAB. GROBOGAN JAWA TENGAH

 

Asal usul Dusun Mangonan


 
 1. AWAL MULA KEDATANGAN RADEN PROYODITO

        Raden Proyodito adalah seorang pengelana dari kerajaan serang, yang sengaja meninggalkan kerajaan karena tidak mau ikut berperang saat terjadi peperangan di Serang. Dia memilih berkelana. Dalam berkelana, Raden Proyodito ditemani anak laki-lakinya bernama Balot. Akhirnya Raden Proyodito sampai di suatu dusun bernama Dusun Gantèn. Kedatangan Raden Proyodito diterima dengan baik oleh tokoh masyarakat Dusun Gantèn yang bernama MBAH MOROJOYO dan juga anaknya yang bernama MORODONGSO beserta seluruh masyarakat Gantèn. Raden Proyodito menyatu dengan masyarakat dusun Gantèn dan hidup bersama. Karena eratnya persaudaraan dengan MBAH MOROJOYO dan MORODONGSO, Ketiga tokoh masyarakat tersebut tak terpisahkan dan menjadi tokoh TIGA SERANGKAI. Lokasi dusun Gantèn adalah di sebelah timur dusun Mangonan saat ini.

2. TERJADI PAGEBLUG. 

            Pada suatu hari di dusun Gantèn terjadi wabah penyakit (pageblug), setiap hari satu persatu penduduk terserang penyakit dan terus meninggal dunia. Pagi sakit, sore meninggal dan sore sakit, pagi harinya meninggal dan seterusnya. Dalam keprihatinan, Raden Proyodito mengambil inisiatip meninggalkan dusun Gantèn untuk menghindari serangan pageblug, dan tinggal di sebuah gubug yang dibuat di sebelah barat dusun Gantèn, di areal penggembalaan hewan ternak. 

 3. MASYARAKAT MENGIKUTI JEJAK RADEN PROYODITO. 

                Karena pengaruh kepemimpinan Raden Proyodito, maka satu persatu penduduk dusun Gantèn mengikuti jejak Raden Proyodito meninggalkan dusun Gantèn dengan mendirikan gubug-gubug di sekitar gubug Raden Proyodito. Akhirnya seluruh penduduk pindah dan tinggal di tempat yang baru di areal penggembalaan ternak (jawa = Pangonan). Langkah Raden Proyodito terbukti berhasil, penduduk akhirnya selamat dari serangan wabah penyakit (pagebluk). Sejak saat itulah tempat tinggal yang baru itu disebut dusun MANGONAN.


 4. RADEN PROYODITO DIMAKAMKAN DI DEPAN GEDONGAN. 

            Pada usia lanjut, Raden Proyodito mengalami sakit dan meninggal dunia. Pada waktu meninggal, dusun MANGONAN sedang dalam kondisi kebanjiran (dusun Mangonan berjarak kurang dari satu kilometer dengan Kali Lusi). Saat itu tidak ada daratan yang terlihat. Satu-satunya tempat yang tidak terendam air banjir adalah di rumah Raden Proyodito, tepatnya di depan Gedongan, semacam tempat tidur utama sekaligus untuk menyimpan benda-benda berharga. Karena kondisi seperti itu, maka di tempat itulah akhirnya Raden Proyodito dimakamkan.


 5. MBAH MOROJOYO dan MORODONGSO DIMAKAMKAN BERDAMPINGAN DENGAN RADEN PROYODITO. 

                Sebelum meninggal, Mbah Morojoyo berpesan agar bila meninggal minta dimakamkan di dekat Mbah Raden Proyodito. Pesan tersebut pada saatnya dilaksanakan oleh keluarganya. Demikian juga Mbah Morodongso anak Morojoyo, juga dimakamkan di dekat Mbah Raden Proyodito. Ketiga makam tersebut berada di belakang masjid Mangonan. 

Sampai saat ini ketiga tokoh tersebut dihormati sebagai Cikal bakal Dusun Mangonan.
Keturunan mbah Morodongso adalah mbah Kromodongso, sedangkan mbah Kromodongso menurunkan Mbah Surat,


dan mbah Surat menurunkan lima orang anak yaitu
(1). Mbah Karsilah (Darèsan),
(2). mbah Kardinah (Lembono),
(3). Mbah Sutiyem istri Marjuki mangonan,
(4). Donosuwiryo/Kamituwa Setu Nyurungan Bantar Menduran dan
(5). Joyodiwiryo alias Kliwon Bayan Mangonan.

 Penuturan/SUMBER oleh : Mbah Hj. MURTINAH Binti Warsodiwiryo (83 tahun), istri Joyodiwiryo alias Kliwon Bin Surat.

 

No comments: