Judul
: PTK Matematika SD Kelas 4
Meningkatkan Kemampuan Memahami Perkalian Cara Susun Pada Siswa Kelas IV SDN
Sukamulya II Dengan Metode Demontrasi
dan
Upaya
Memotivasi Siswa Dalam Pembelajaran Kepahlawanan dan Patriotisme Tokoh - Tokoh
di Lingkungan Anak Melalui Pemberian Penguatan Verbal dan Non Verbal
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
1.
Mata Pelajaran Matematika
Masalah
rendahnya mutu sekolah sudah sangat sering dikeluhkan masyarakat. Hal ini
peranan guru merupakan salah satu unsur yang dianggap sangat menentukan. Dengan
kata lain, rendahnya mutu sekolah dipandang mempunyai kaitan langsung dengan
rendahnya mutu guru. Orangtua melihat sekolah, terutama dilihat mutu gurunya.
Sebab mutu guru yang rendah menyebabkan mutu sekolah yang rendah pula. Sebagian
besar guru dianggap mutunya rendah.
Sesungguhnya mutu sekolah bukan saja masalah yang dihadapi oleh negara-negara
berkembang dan juga bukan soal dana. Meskipun Amerika Serikat (AS)
membelanjakan sekitar separuh dari pendapatannya untuk pendidikan, tetapi mutu
pendidikannya kalah dari Jepang dan Jerman yang mengeluarkan biaya pendidikan
tidak sebanyak AS. Dalam penyelenggaraan pendidikan, AS cenderung untuk
membelanjakan sebagian besar uang untuk sarana dan administrasi, sementara
untuk gaji guru relatif kecil. Sebaliknya Jepang dan Jerman, mengeluarkan
sebagian besar biaya untuk gaji guru, sementara bangunan/sarana dan
administrasi dibuat lebih sederhana tidak sementereng AS.
Berdasarkan
pengalaman-pengalaman di negara-negara maju itu, di mana kebutuhan minimal
sarana dan fasilitas pendidikan telah relatif terpenuhi, nampak bahwa investasi
biaya pendidikan melalui peningkatan kesejahteraan (gaji) guru lebih mampu
meningkatkan mutu daripada melalui penyediaan sarana. Di negara kita memang
agak lain persoalannya, banyak sekolah yang kebutuhan minimal sarana pendidikan
saja juga belum terpenuhi.
Masalah
pengelolaan dan administrasi biaya pendidikan kita terletak pada masih rumitnya
prosedur pembiayaan, mulai dari perencanaan sampai pada proses pengelolaannya.
Kerumitan itu menyangkut mata rantai birokrasi atas-bawah (vertikal) maupun
hubungan antarinstansi satu dengan lainnya (horizontal).
Walaupun
otonomi sekolah sudah mulai menampak, namun masih terasa ganjalan-ganjalan
dalam proses perencanaan, prosedur pengelolaan, dan distribusi anggaran
pendidikan mulai dari pusat sampai ke daerah. Namun demikian, dengan
berjalannya otonomi daerah, maka pengelolaan pendidikan mulai beralih ke
Kabupaten atau Kota.
Dengan
bercermin pada pengalaman negara-negara maju, maka dilihat dari segi pelakunya,
persoalan mendasar dari mutu pendidikan adalah kesejahteraan guru.
Kesejahteraan meliputi aspek material dan nonmaterial. Yang nonmaterial
misalnya kemudahan naik pangkat, suasana kerja yang sejuk, dan perlindungan
hukum.
Adapun
yang termasuk kesejahteraan material adalah gaji, tunjangan, dan insentif
lainnya. Aspek material, khususnya gaji inilah yang harus secara jujur diakui
masih minim. Kenaikan gaji cenderung hanya upaya mengimbangi laju inflasi.
Akibatnya secara riil daya beli para guru umumnya tidak banyak meningkat.
Walaupun
secara langsung tidak berpengaruh terhadap kualitas guru, tetapi gaji guru dan
mutu pendidikan memang tak terpisahkan. Di negara-negara lain yang mutu
pendidikannya telah lebih tinggi, misalnya seperti tetangga kita di Malaysia,
mengajarkan kepada kita bahwa memang prestasi kerja merupakan fungsi dari
imbalan. Makin tinggi imbalan, makin tinggi kesungguhan, komitmen, dan
produktivitas kerja, serta semakin kecil tindakan indisipliner.
Belajar
dari negara-negara yang mutu pendidikannya lebih tinggi itu pula, mereka berani
menyediakan sekitar seperempat lebih anggarannya untuk sektor pendidikan. Dan
dari jumlah itu, sebagian besar adalah untuk kesejahteraan guru. Jika gaji guru
meningkat, maka akan meningkat pula status guru, sehingga mampu menarik
calon-calon guru yang berkualitas. Bukan hanya calon kelas dua atau tiga
seperti yang masuk ke pendidikan guru sampai saat ini. PTK Matematika
SD Kelas 4
Lembaga
pendidikan guru (misalnya FKIP), bukanlah idola calon mahasiswa atau orangtua.
Sebab, dalam masyarakat yang cenderung melihat kemampuan ekonomi sebagai ukuran
status sosial, status guru dipandang "kurang baik" karena
pendapatannya rendah. Karena itu jabatan guru tidak menarik minat banyak orang
dan juga tidak menarik bagi putra-putri terbaik bangsa.
Sampai
saat ini, mereka yang berminat menjadi calon guru, terutama dari keluarga kurang
mampu atau kurang mampu pula secara akademis. Mereka memilih FKIP dengan
harapan bisa kuliah dan kemudian bisa diangkat menjadi pegawai negeri sipil.
Namun kenyataannya, masih banyak lulusan FKIP yang tidak dapat diangkat
lantaran kemampuannya juga rendah. Dan lebih ironis pula karena banyak
lembaga-lembaga pendidikan yang justru mengangkat lulusan fakultas murni untuk
menjadi tenaga guru lantaran kemampuannya dianggap lebih.
Semakin
sempitnya kesempatan untuk diangkat menjadi guru, menyebabkan kualitas dan
kuantitas yang masuk lembaga pendidikan guru juga merosot. Konsekuensinya mutu
lulusan atau calon guru yang dihasilkan merosot pula. Akibatnya mutu pendidikan
di negeri ini akan terus merosot pula.
Melihat kondisi pendidikan kita saat ini, tidak banyak yang dilakukan dalam
usaha menarik minat calon bermutu memasuki lembaga pendidikan guru selama
faktor status guru tidak dapat diubah atau diperbaiki. Menaikkan pandangan
terhadap profesi guru amat terkait dengan kemampuan keuangan pemerintah, mengingat
pada waktu ini sekolah terutama dikelola pemerintah.
Barangkali
anggapan-anggapan yang kurang menguntungkan bagi pendidikan guru seperti di
atas yang menyebabkan calon guru kurang memiliki motivasi yang kuat. Lebih
parah lagi sebagian yang dididik sebagai calon guru sekarang sebenarnya tidak
ingin menjadi guru. Oleh karena mereka tahu bahwa profesi guru tidak memberikan
kesempatan kepada mereka untuk menjadi pemimpin, memperoleh harta kekayaan yang
banyak, kekuasaan yang cukup, atau pengaruh yang luas. Oleh karena itu sampai
saat ini profesi guru dirasa sebagai kerja paksa, artinya terpaksa jadi guru
karena bidang lain tidak bisa menampungnya. Tetapi kerja paksa juga bisa
diartikan, kerja keras tetapi gajinya kecil. Di masyarakat yang gandrung pada
pemenuhan kebutuhan materi, kedudukan atau pekerjaan guru kurang memperoleh
nilai tinggi. Sebab, walaupun tugas guru itu mulia, namun tidak memberi
keuntungan materi.
Berdasarkan
kondisi tersebut, maka agaknya repot bagi pendidikan guru untuk menangkis
serangan atau kritik tentang mutu lulusannya. Masyarakat mengeluh anak-anaknya
diajar oleh guru yang kurang bermutu. Di sisi lain, LPTK mengkhawatirkan
semakin merosotnya minat calon mahasiswa yang ingin menjadi guru. Keluhan
masyarakat dan kekhawatiran perguruan tinggi tersebut pada akhirnya
beralamatkan kepada pemerintah juga.
Sampai
sekarang jawaban yang memuaskan terhadap permasalahan guru dan mutu pendidikan
masih dicari dan diupayakan. Mungkin bisa dicoba untuk membatasi jumlah masukan
ke pendidikan guru sebatas jumlah minimal program studi masih bisa memenuhi
syarat. Jika masukan sudah amat terbatas, maka lulusan juga amat terbatas,
sehingga jumlah pencari kerja di bidang pendidikan makin berkurang, sampai pada
suatu titik di mana terdapat kekurangan guru lagi. Sedangkan yang ada sekarang
mudah-mudahan dalam jangka waktu tertentu bisa diangkat, walaupun sebagai guru
bantu.
Sampai
saat ini memang sudah banyak kebijakan dan strategi untuk memperbaiki mutu
sekolah, namun hasilnya belum optimal. Sejauh gaji guru masih relatif rendah,
tampaknya tidak mudah meningkatkan mutu pendidikan. Di situlah titik kelemahan
pendidikan kita, sehingga mutu sekolah sulit ditingkatkan. Oleh sebab itu, jika
kita benar-benar mau meningkatkan mutu sekolah, maka system penggajian guru
secepatnya diperbaiki.
Dengan demikian untuk menciptakan potensi guru yang baik, maka harus diadakan
upaya untuk meningkatkan profesionalisme keguruan, karana hal ini sangat
menunjang bagi pelaksanaan proses pebbelajaran yang baik. Maka dari itu upaya
yang dilakukan adalah dengan mengadakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang
didasarkan pada desain kajian seorang guru agar bias diterima siswa yang
nantinya akan menciptakan suasana pembelajaran yang baik. Apabila siswa sudah
bias menerima pembelajaran yang guru sampaikan, dengan demikian proses
pembelajaranpun akan diikuti dengan baik. Maka dari itu tentunya hasil
belajarpun akan meningkat.
Dengan melihat paparan yang sudah dijelaskan tersebut di atas, serta melihat
perolehan hasil belajar matematika SDN Sukamulya II Kec. Pangatikan Kab. Garut
di Kelas IV yang masih jauh dari hasil belajar yang sesuai dengan apa yang
diharapkan yaitu dengan perolehan hamper 60 % siswa mendapatkan hasil belajar
yang masih kurang. Dengan demikian, penulis mencoba melakukan penelitian
terhadap siswa terhadap mekanisme belajar mengajar yaitu dengan menggunakan
kajian meningkatkan kemampuan memahami perkalian cara susun pada siswa kelas IV
SDN Sukamulya II dengan metode demontrasi .
2.
Mata Pelajaran IPS PTK Matematika
SD Kelas 4
Ilmu
Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan
mulai dari SD/MI/SDLB sampai SMP/MTs/SMPLB. IPS mengkaji seperangkat peristiwa,
fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan denganisu sosial. Pada jenjang
SMP/MTs mata pelajaran IPS memuat materi Geografi,
Sejarah, Sosiologi, dan Ekonomi. Melalui mata pelajaran IPS,peserta didik
diarahkan untuk dapat menjadi warga negara Indonesia yang demokratis, dan
bertanggung jawab, serta warga dunia yang cinta damai. Di masa yang akan datang
peserta didik akan menghadapi tantangan berat karena kehidupan masyarakat
global selalu mengalami perubahan setiap saat. Oleh karena itu mata pelajaran
IPS dirancang untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan
analisis terhadap kondisi social masyarakat dalam memasuki kehidupan
bermasyarakat yang dinamis. Mata pelajaran IPS disusun secara sistematis,
komprehensif, dan terpadu dalam proses pembelajaran menuju kedewasaan dan
keberhasilan dalam kehidupan di masyarakat. Dengan pendekatan tersebut
diharapkan peserta didik akan memperoleh pemahaman yang lebih luas dan mendalam
pada bidang ilmu yang berkaitan.
Adapun
tujuan mata pelajaran IPS yaitu agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai
berikut.
- Mengenal konsep-konsep yang
berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya.
- Memiliki kemampuan dasar untuk
berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah,
dan keterampilan dalam kehidupan social.
- Memiliki komitmen dan kesadaran
terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan.
- Memiliki kemampuan
berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk,
di tingkat lokal, nasional, dan global.
Ilmu
Pengetahuan Sosial (IPS) adalah salah satu bidang studi yang rumit, karena
ruang lingkupnya sangat luas dan merupakan gabungan dari ilmu-ilmu sosial,
seperti geografi, ekonomi, sejarah, sosiologi, dan antropologi. IPS memfokuskan
perhatiannya pada peranan manusia dalam masyarakat terutama dalam situasi
global saat ini.
Dalam
implimentasi pembelajaran guru sebagai praktisi melaksanakan kegiatan, yaitu
dengan cara menggunakan srategi pengajaran konsep untuk membantu kelancaran
pada setiap tindakan pembelajaran, peneliti melakukan pengamatan secara
langsung terhadap proses pada pembelajaran. Dari setiap pengamatan selanjutnya
dilakukan refleksi dan analisis setiap tindakan untuk kemudian melakuakan
perbaikan-perbaikan.
Dalam rangka mencapai harapan seperti itulah dalam kegiatan belajar ini
dikemukakan salah satu alternatif dari segi perencanaan, yaitu dengan upaya
memotivasi siswa dalam pembelajaran kepahlawanan dan patriotisme
tokoh-tokoh di lingkungan anak melalui penguatan verbal dan non verbal. Dengan
menggunakan metode ini diharapkan siswa dapat termotivasi untuk mengikuti
pembelajaran dengan baik dengan tujuan meningkatkan volume pembelajaran. Dengan
demikian proses pembelajaran diharapkan sesuai dengan apa yang diharapkan.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan
paparan dari latar belakang masalah tersebut di atas, maka penulis dapat
merumuskan masalah sebagai berikut :
1.
Mata Pelajaran Matematika
- Bagaimana cara meningkatkan
kemampuan memahami perkalian pada siswa ?
- Bagaimana cara meningkatkan
proses pembelajaran matematika ?
- Bagaimana cara meningkatkan
hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika?
2.
Mata Pelajaran IPS
- Bagaimana cara memotivasi siswa
dalam pembelajaran kepahlawanan agar pembelajaran bisa dipahami secara
merata ?
- Bagaimana cara meningkatkan
proses pembelajaran pada mata pelajaran IPS ?
- Apakah pemberian penguatan
verbal dan non verbal dapat meningkatkan pemahaman siswa dalam mata
pelajaran IPS ?
C.
Tujuan Penelitian PTK Matematika SD Kelas 4
Adapun
tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Mata Pelajaran Matematika
- Meningkatkan penguasaan
perkalian pada siswa.
- Meningkatkan proses
pembelajaran Mata Pelajaran Matematika.
- Meningkatkan hasil pembelajaran
siswa.
2.
Mata Pelajaran IPS
- Meningkatkan motivasi siswa
dalam pembelajaran kepahlawanan agar pembelajaran bisa dipahami secara
merata.
- Meningkatkan proses belajar mengajar
pada Mata Pelajaran IPS.
- Meningkatkan pemahaman siswa
dalam belajar dengan metode pemberian penguatan verbal dan non verbal.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari Penelitian Tindakan
Kelas ini adalah sebagai berikut :
- Berdasarkan penelitian yang
dilakukan maka dapat memberikan pengalaman baru bagi penulis, serta dapat
meningkatkan pengetahuan dalam mengatasi masalah pembelajaran khususnya
Matematika, sehingga pengalaman ini dapat didesain sedemikian rupa
sehingga dapat diterapkan pada Mata Pelajaran lain.
- Bagi Kepala Sekolah dan Guru,
dapat dijadikan media motivasi untuk dapat dilaksanakan di sekolah di
tempat bekerja yaitu di Sukamulya II, dalam rangka meningkatkan kualitas
pembelajaran.
- Bagi siswa, dapat memberikan
kesan bahwa belajar IPS itu mudah dan menyenangkan serta dapat memberikan
wawasan materi pembelajaran.
- Bagi pembaca, dapat dijadikan
rujukan atau bahan pembelajaran dalam upaya melaksanakan Penelitian
Tindakan Kelas (PTK).