Poster yang didominasi warna hitam dan putih itu menggambarkan hiasan kepala tradisional, Ghitra, yang dilemparkan ke udara. Lambang dari antusiasme, teriakan dan sorak sorai dari fandom sepakbola di dalam stadion.
Karya Al Muftah menjadi istimewa karena tak hanya menjadi yang pertama dibuat berseri, tapi mendobrak tradisi yang selama ini dibuat oleh seniman pria. Al Muftah menjadi wanita pertama yang mendesain poster resmi Piala Dunia.
“Ghitra diacungkan ke udara pada poster utama, seperti yang Anda lihat, juga mengekspresikan perasaan orang-orang dalam merayakan kemenangan. Jadi, saya ingin memperlihatkan itu dalam cara tak langsung untuk mewakili Qatar dan perasaan kegembiraan,” jelas Al Muftah seperti dikutip dari laman FIFA.
Selain poster utama lulusan Virginia Commonwelth University of the Arts Qatar itu juga menghasilkan tujuh poster pendukung yang menunjukkan semangat Qatar untuk sepakbola dan keluarga.
Direktur Pemasaran FIFA, Jean-François Pathy, mengatakan: “Poster Resmi untuk Piala Dunia Qatar 2022 adalah cerminan atmosfer warisan seni dan sepakbola Qatar. Kami sangat bangga dengan rangkaian poster indah ini yang menggambarkan semangat Qatar untuk sepakbola dari artis wanita lokal yang sangat berbakat.”
Sedangkan Khalid Al Mawlawi, Wakil Direktur Jenderal, Komite Tertinggi untuk Pengiriman & Warisan menilai poster-poster itu melambangkan kecintaan masyarakat Qatar pada sepakbola dan kegembiraan menjadi tuan rumah Piala Dunia FIFA pertama di Timur Tengah dan dunia Arab.
Al Muftah adalah seniman visual Qatar yang dianggap sebagai salah satu artis muda paling berbakat di Qatar.
Sejak kecil ia sudah tertarik dengan seni. Semua berawal dari hobi dan menjadi passion . Setelah lulus SMA ia mendaftar ke Virginia Commonwealth University Qatar.
Setelah lulus, Al Muftah mengarahkan praktik artistiknya ke seni grafis, tipografi, dan dokumentasi, yang berkembang selama bertahun-tahun menjadi instalasi skala besar dan karya pertunjukan
Ketertarikan Al Muftahyang dilahirkan pada tahun 1987 terhadap semua aspek dalam konteks ingatan negaranya telah mendorongnya untuk mengembangkan penelitiannya, dan merenungkan kehidupan di lingkungan lama Qatar dan orang-orang yang membentuknya.
Ia secara bertahap beralih ke dokumentasi konseptual melalui penjilidan buku sebagai cara untuk mengekspresikan kisah masa lalu Qatar melalui matanya — mengabadikan apa yang sebelumnya hilang dalam jurang waktu.