My Blog List

Thursday, November 20, 2014

Hakikat dan Konsep Perspektif Global

A. Hakikat dan Konsep Perspektif Global


Merryfield (1995) dalam artikelnya yang berjudul “Institutionalizing Cross-cultural Experience and International Expertise in Teacher Educational: the Development and Potential of a Global Education PDS Network” menyimpulkan konsep-konsep dari perspektif global, yaitu bahwa para pendidik perlu mempunyai pengetahuan dan kemampuan untuk mengajarkan kepada para muridnya sebagai berikut:
1.      Penghargaan terhadap adanya perbedaan-perbedaan dan persamaan-persamaan budaya, untuk itu para guru perlu mengajarkan berbagai macam perspektif yang dimiliki oleh orang lain atau pun masyarakat lain dan mereka perlu juga mempunyai kesadaran untuk bertoleransi terhadap perspektif yang dimiliki oleh orang lain.
2.      Dunia ini merupakan sebuah sistem sehingga di dalamnya terjadi saling ketergantungan dan saling keterkaitan.
3.      Keputusan-keputusan dan tindakan-tindakan yang diambil oleh seseorang akan dapat mempengaruhi dan dipengaruhi oleh interaksi global.

B.        Dimensi Perspektif Global
Saat ini tidak ada suatu bangsapun yang statis dan homogen. Setiap bangsa berkembang karena adanya interaksi dengan bangsa lain, sehingga sistem nilai budaya dan nilai lainnya akan saling mempengaruhi satu sama lain. Perspektif global bertolak dari masalah yang ada dalam kehidupan sehari-hari, misalnya mengenai masalah pendidikan, kesehatan, pengangguran, kemiskinan, dan sebagainya. Semua permasalahan ini berdampak pada permasalahan global. Dalam kaitannya dengan budaya di era globalisasi, Makagiansar (Mimbar, 1990) mengajukan empat dimensi perspektif global, yaitu:
1.      Afirmasi atau penegasan dari dimensi budaya dalam proses pembangunan bangsa dan masyarakat. Pembangunan akan terasa hampa jika tidak diilhami oleh kebudayaan bangsanya. Nilai budaya suatu bangsa menjadi landasan bagi pembangunan suatu negara, serta merupakan alat seleksi bagi pengaruh luar yang sudah tidak terkendali.
2.      Mengembangkan identitas budaya dan setiap kelompok manusia berhak diakui identitas budayanya.
3.      Partisipasi, bahwa dalam pengembangan suatu bangsa dan negara sangat diperlukan partisipasi dari masyarakat.
4.      Memajukan kerjasama antar budaya. Hal ini dimaksudkan agar ada aksi dan upaya saling mengisi atau mengilhami, sehingga akan ada kemajuan dan peningkatan antar budaya bangsa.
Sementara itu, Hanvey (1976) dalam bukunya yang sangat terkenal “An Attainable Global Perspective” menyebutkan 5 dimensi dari perspektif global sebagai berikut.
1.      Perspective conciousness
                  Kesadaran dan penghargaan terhadap adanya berbagai macam pendapat yang berbeda-beda 
                 di   dunia ini.
2.      State of planet awareness
Adanya pengertian yang mendalam terhadap isu-isu dan peristiwa-peristiwa global.
3.      Cross-cultural awareness
Adanya kesepakatan yang bisa diterima secara umum dalam membuat karakteristik budaya-budaya yang ada di dunia ini, yaitu bahwa sekalipun ada perbedaan-perbedaan dalam budaya, namun ada banyak kesamaan yang dimiliki.

4.      Systemic awareness
Mengetahui akan sistem-sistem yang ada di alam, sehingga mulai mengenal kompleksnya sistem internasional, di mana aktor-aktor negara dan aktor-aktor non-negara saling mempengaruhi dalam berbagai macam isu yang terjadi di kawasan-kawasan yang ada di dunia ini.
5.      Options for participation
Mengetahui strategi-strategi yang tepat sehingga mampu berpartisipasi dengan baik dalam menghadapi isu-isu yang terjadi di tingkat lokal, nasional hingga internasional.
C.       Manfaat Perspektif Global
Secara politis peran negara bergeser dari penentu dan pembuat wawasan kebangsaan menjadi penjaga stabilitas dan pengontrol politik baik di dalam maupun luar negeri. Perlu disadari bahwa negara kita berhadapan dengan faktor luar yang sangat kuat. Oleh karena itu, peningkatan kerja sama dengan negara lain dalam segala bidang perlu ditingkatkan. Negara harus bersifat terbuka, karena kerja sama dalam berbagai bidang menuntut adanya komitmen yang tinggi. Negara harus beradaptasi dengan sistem yang terus berubah, aktif mengikuti dan mengadakan perubahan. Berikut ini beberapa manfaat mempelajari perspektif global.
1.         Meningkatkan wawasan dan kesadaran para pendidik dan peserta didik bahwa kita bukan hanya penghuni satu daerah, tetapi mempunyai ketergantungan dengan orang lain di belahan bumi yang lain. Oleh karena itu sikap kita harus mencerminkan “sikap ketergantungan”  tersebut.
2.         Menambah dan memperluas pengetahuan kita tentang dunia, sehingga dapat megikuti perkembangan dunia dalam berbagai aspek terutama perkembangan iptek.
3.         Mengkondisikan para mahasiswa untuk berpikir integral bukan general, sehingga suatu gejala atau masalah dapat ditanggulangi dari berbagai aspek.
4.         Melatih kepekaan dan kepedulian mahasiswa terhadap perkembangan dunia dengan segala aspeknya.
D.       Tujuan Perspektif Global
Lee Anderson dan Charlotte Anderson (1979) menyatakan bahwa untuk mempersiapkan peserta didik agar menjadi warga negara yang baik harus dimulai dari berbagai macam kelompok yang melibatkannya, dari yang terdekat hingga yang terjauh, yaitu dari masyarakat lokal, nasional, hingga global. Ada 5 tujuan pokok dari perspektif global, yaitu:
1.         Mengembangkan pengertian keberadaan mereka sebagai individu-individu yang membentuk masyarakat.
2.         Mengembangkan pengertian bahwa mereka merupakan anggota dari masyarakat dunia.
3.         Mengembangkan pengertian bahwa mereka adalah penghuni planet bumi ini dan kehidupannya bergantung pada planet bumi tersebut.
4.         Peserta didik harus diberi pengertian bahwa mereka adalah partisipan atau pelaku aktif dalam masyarakat global ini.
5.         Mendidik peserta didik agar mempunyai kemampuan untuk hidup secara bijaksana dan bertanggung jawab sebagai individu, sebagai umat manusia, sebagai insan penghuni planet bumi ini, serta sebagai anggota masyarakat global.
Sementara itu, menurut Marryfield (dalam buku Perspektif Global karangan Prof. Dr. H. Nurshid S dan Drs. Kuswaya W : 1997), tujuan diberikannya perspektif global adalah sebagai berikut:
1.      Mendorong mahasiswa untuk mempelajari lebih banyak tentang materi dan masalah yang berkaitan dengan masalah global.
2.      Mendorong para pendidik untuk mempelajari masalah yang berkaitan dengan masalah lintas budaya.
3.      Mengembangkan dan memahami makna perspektif global baik dalam kehidupan sehari-hari maupun pengembangan profesinya.
E.        Masalah Perspektif Global
Berkaitan dengan masalah global, Merry M. Merryfield (1997 : 8) mengemukakan pokok-pokok masalah global, yaitu: penduduk dan keluarga berencana (population and family planning); hak rakyat menentukan pemerintahan sendiri (self-determination); pembangunan (development); hak asasi manusia (human right); emigrasi, imigrasi dan pengungsian (emigration, immigration and refugees); kepemilikan bersama secara global (the global commnos); lingkungan hidup dan sumber daya alam (environment and natural resources); persebaran kemakmuran; teknologi informasi; sumber daya; jalan masuk ke pasar; kelaparan dan bahan pangan; perdamaian dan keamanan; prasangka dan diskriminasi.
Isu dan masalah diatas bukan lagi hanya dirasakan secara lokal dan regional di tempat-tempat serta kawasan-kawasan tertentu, melainkan telah menjadi isu dan masalah global yang dirasakan serta disadari oleh masyarakat dunia. Badan dan lembaga dunia, baik organisasi yang merupakan bagian dari PBB maupun diluar PBB seperti LSM (lembaga swadaya masyarakat), telah menaruh perhatian serta kepedulian terhadap masalah-masalah global tersebut.
Berikut ini contoh beberapa isu dan masalah global seperti penduduk dan keluarga berencana, pembangunan, hak asasi manusia, migrasi, lingkungan dan sumber daya, dalam pembahasan yang singkat.
1.      Penduduk dan Keluarga Berencana
Masalah penduduk bukan hanya merupakan masalah nasional bagi Indonesia, melainkan juga merupakan masalah bangsa lain, baik bangsa-bangsa yang terbelakang dan sedang berkembang, maupun bangsa-bangsa yang telah maju. Persoalan-persoalan ketidakseimbangan antara pertumbuhan dan jumlah penduduk dengan ketersediaan barang bahan pangan, lapangan kerja serta pemukiman yang merupakan masalah kesejahteraan, bukan hanya masalah yang menimpa bangsa Indonesia, melainkan dialami oleh seluruh bangsa di dunia ini. Oleh karena itu, masalah ini dapat dinyatakan sebagai masalah global.
Salah satu upaya untuk mengatasi masalah penduduk yaitu dengan melakukan program keluarga berencana dengan mengatur jumlah anggota keluarga demi kesejahteraan masing-masing keluarga. Upaya ini tidak hanya dilakukan oleh bangsa Indonesia, melainkan juga dilakukan oleh bangsa-bangsa lain di dunia. Akan tetapi, pada kenyataannya pelaksanaan program keluarga berencana tidak selancar seperti apa yang direncanakan dan diharapkan, melainkan masih menghadapi berbagai masalah. Oleh karena itu, program ini selain merupakan upaya pemecahan masalah, pada pelaksanaannya juga masih merupakan masalah global. Berkaitan dengan hal itu, PBB sebagai organisasi dan lembaga dunia sangat memperhatikan masalah tersebut.
2.      Pembangunan
Pembangunan yang oleh Bartelmus (1986 : 3) dinyatakan sebagai proses yang berupaya memperbaiki kondisi hidup masyarakat, baik kondisi material maupun non material termasuk kebutuhan-kebutuhan fisik, telah sedang – dan akan dilakukan oleh semua bangsa di dunia ini. Namun demikian, karena pada pelaksanaannya melibatkan segala sumber daya, baik alam (SDA) maupun manusia (SDM) termasuk kemampuan IPTEKnya, maka pembangunan masih banyak menghadapi masalah. Oleh karena itu, pembangunan sebagai upaya pemecahan masalah kesejahteraan masyarakat, pada sisi lain masih menjadi masalah. Kenyataan demikian masih dialami oleh sebagian besar bangsa-bangsa di dunia. Dengan demikian, pembangunan sebagai suatu masalah, juga menjadi masalah global.

3.      Hak Asasi Manusia
Pada hakekatnya, setiap manusia memiliki hak yang sama di segala bidang. Hak merupakan sebuah anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa yang diberikan kepada umat manusia yang hidup di muka bumi ini tanpa terkecuali. Akan tetapi, dalam kehidupan masyarakat, hak asasi manusia ini mendapat perlakuan yang berbeda-beda oleh pihak-pihak tertentu, sehingga terjadi pelanggaran atas HAM tersebut. Diskriminasi ras, etnis, agama dan lain-lainnya merupakan pelanggaran terhadap HAM. Hal tersebut dialami oleh kelompok masyarakat atau perorangan tertentu di negara masing-masing. Masalah ini terjadi di seluruh dunia. Oleh karena itu, HAM tidak hanya merupakan masalah lokal dan regional di tempat-tempat serta kawasan-kawasan tertentu, melainkan juga merupakan masalah global.
4.      Migrasi
Perpindahan penduduk, baik dalam bentuk emigrasi (ke luar dari negara sendiri) dan imigrasi (masuk ke dalam negara tertentu) maupun dalam bentuk pengungsian, terjadi dimana-mana di dunia ini. Faktor penyebabnya bermacam-macam, mulai dari faktor ekonomi, bencana alam, wabah, politik sampai pada keamanan. Bagi kelompok atau perorangan yang melakukannya, mungkin migrasi merupakan jalan keluar dari masalah yang dialaminya. Namun bagi negara atau kawasan yang didatangi mungkin menjadi masalah, karena menyangkut tempat penampungan, lapangan kerja, bahan kebutuhan, dan lain sebagainya. Kita dapat menyimak dan mengamati proses perpindahan ini dari berbagai kawasan di dunia sebagai akibat dari berbagai masalah di negara, seperti banjir, kesulitan ekonomi dan pertentangan politik menjadi penyebab terjadinya migrasi penduduk di kawasan yang bersangkutan, atau dari kawasan tersebut ke negara lain. Masalah migrasi ini telah menjadi masalah global.

5.      Lingkungan dan Sumber Daya
Menurut UU RI no. 4 tahun 1982, lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, makhluk hidup, termasuk di dalamnya manusia dan perilakunya yang mempengaruhi kelangsungan kehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya. Masalah lingkungan seperti pencemaran, banjir, kekeringan, tanah longsor, dan sebangsanya yang mengganggu bahkan mengancam kehidupan manusia, tidak hanya terjadi secara lokal maupun regional di tempat-tempat atau kawasan tertentu, melainkan secara meluas terjadi dimana-mana di permukaan bumi ini.

G.T. Miller (1985 : 6) mengemukakan sumber daya alam adalah suatu bentuk materi atau energi yang diperoleh dari lingkungan fisikal yang dapat memenuhi kehidupan manusia. Dengan demikian antara sumber daya alam dengan lingkungan itu tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Kandungan, persediaan, penggalian, pengolahan, dan pemanfaatan sumber daya, khususnya sumber daya alam, tidak hanya menyangkut pemerintah serta negara sebagai pemilik sumber daya, melainkan juga melibatkan negara-negara lain yang berkepentingan. Kuota produksi dan kuota perdagangan sampai pada harga sumber daya alam tertentu yang strategis merupakan kesepakatan bersama di antara negara-negara produsen dengan negara-negara konsumen.
Dengan demikian, mengenai sumber daya alam ini dilandasi oleh kesejahteraan global negara-negara yang bersangkutan. Produksi, konsumsi, dan perdagangannya memiliki  dampak global terhadap kehidupan ekonomi, politik serta kondisi ekologi dunia. Dalam mekanisme dan dinamika  produksi, pemanfaatan, konsumsi dan perdagangan sumber daya alam ini terjadi proses ketergantungan dan saling keterkaitan antar berbagai negara di dunia yang berkepentingan. Kenyataan tersebut merupakan fenomena global yang terus berkembang dari waktu ke waktu. Pemanfaatan lingkungan dan sumber daya yang menjadi aset dunia seperti samudra dan ruang angkasa, menuntut saling keterkaitan serta saling ketergantungan global yang mengoptimalkan pemanfaatan aset-aset tadi. Hal tersebut harus menjadi perhatian dan kepedulian tiap pribadi umat manusia, khususnya orang-orang yang bertindak mengambil kebijakan dan keputusan. Disinilah letak dan kedudukan wawasan dan kepedulian global dalam situasi kehidupan umat manusia yang makin mendunia

Wednesday, November 19, 2014

MANFAAT LINGKUNGAN SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN UNTUK SISWA SD

A.   Manfaat Lingkungan
Lingkungan yang ada disekitar siswa merupakan salah satu media pembelajaran yang dapat dioptimalkan untuk pencapaian proses dan hasil pembelajaran yang berkualitas dan bermakna bagi siswa SD. Penggunaan lingkingan sebagai media pembelajaran akan lebih bermakna dan bernilai, sebab siswa dihadapkan kepada peristiwa dan keadaan yang sebenarnya, keadaan yang alami, lebih factual dan kebenaranya lebih dapat dipertanggung jawabkan. Manfaat dari penggunaan lingkungan sebagai media pembelajaran antara lain adalah:
a.    Media pembelajaran yang tersedia dilingkungan tidak terbatas, hal ini memungknkan siswa dapat memperkaya pengetahuan tanpa terbatasi oleh tempat dan waktu.
b.    Memungkinkan terjadinya proses belajar yang lebih bermakna) sebab siswa dihadapkan dengan keadaan dan peristiwa yang sebenarnya yang akan memenuhi prinsip kekongkritan dalam belajar sebagai salah satu prinsip pembelajara siswa SD.
c.    Memungkinkan terjadinya proses pembentukan kepribadian siswa kearah yang lebih baik, seperti kecintaan siswa kepada lingkungan, menjaga kebersihan dan tidak merusak lingkungan.
d.   Memungkinkan kegiatan belajar akan lebih menarik serta menumbuhkan antusiasme siswa untuk lebih giat dan gemar belajar dengan begitu proses pembelajaran tidak akan membosankan bagi siswa
e.    Pemanfaatan lingkungan akan menumbuhkan aktivitas belajar siswa)yang lebih meningkat dengan penggunaan berbagai cara atau metode pembelajaran yang bervariasi seperti proses pengamatan, pembuktian sesuatu, dsb.
Begitu banyaknya manfaat dan nilai keuntungan yang dapat diperoleh dengan pemanfaatan lingkungan sebagai media pembelajaran dalam pendidikan di SD. Dalam pemanfaatan lingkungan sebagai media pembelajaran memerlukan kreatifitas dan inovatif  dari guru agar proses pembelajaran tepat pada sasaran yang akan dituju.


JENIS-JENIS LINGKUNGAN SEBAGAI
 MEDIA PEMBELAJARAN
Pada dasarnya semua jenis lingkungan yang ada disekitar siswa dapat dimanfaatkan untuk mengoptimalkan kegiatan pembelajaran di sd sepanjang relevan dengan kompetensi dasar dan hasil belajar yang diharapkan dicapai oleh siswa. Dari semua lingkungan yang dapat digunakan dalam proses pendidikan dan pembelajaran secara umum dapat dikategorikan menjadi tiga macam lingkungan belajar yaitu lingkungan alam, lingkungan social, lingkungan buatan. Lingkungan alam merupakan tempat bebas atau alam bebas yang dapat memberi informasi secara langsung kepada anak, lingkungan social yang menekankan kepada tempat hasil karya manusia dan didalamnya terdapat aktifitas hubungan manusia.
i.      Lingkungan Alam
Lingkungan alam atau lingkungan fisik adalah segala sesuatu yang sifatnya alamiah, seperti sumber daya alam(air, tanah, batuan), tumbuh-tumbuhan, dan hewan, sungai, iklim, suhu udara.
Lingkungan sifatnya relative menetap, olehkerena itu jenis lingkungan ini akan lebih mudah dikenal dan dipelajari oleh siswa. Dengan mempelajari lingkungan alam dharapkan siswa dapat lebih memahami gejala-gejala alam yang terjadi dalam kehidupannya sehari-hari. Melalui interaksi langsung dengan lingkungan dan alam sekitar akan menimbulkan penghayatan baru dalam diri siswa tentang keterkaitan antar berbagai lingkungan.

ii.    Lingkungan Sosial
Lingkungan social berkenaan erat dengan interaksi siswa dalam kehidupan bermasyarakat. Dalam pemanfaatan lingkungan social sebagai media pembelajaran antara lain:
1.    Mengenal adapt istiadat dimana tempat siswa tinggal. Adapt istiadat yang dianut oleh lingkungan tertentu harus diketahui dan dikenali oleh siswasehingga siswa sebagai bagian dari masyarakar kelak akan mampu menjaga kelestarian adapt dan budaya. Dari kegiatan-kegiatan adapt siswa dapat memetik ilmu yang tidak ternilai harganya.
2.    Mengenal jenis mata pencaharian penduduk sekitar tempat tinggal dan sekolah.
3.    Mengenal organisasi social yang ada si sekitar tempat linggal dan sekolah.
4.    Mengenal kehidupan beragama yang dianut oleh penduduk sekitar tempat tinggal dan sekolah.
5.    Mengenal budaya termasuk kesenian yang ada disekitar tempat tinggal dan sekolah.
6.    Mengenal struktur pemerintah setempat, seperti  rikum tetengga, rukun warga, kelurahan dan kecamatan.

Pemanfaatan lingkungan sosial sebagai media pembelajaran adalah kegiatan pembelajaran di SD sebaiknya dimulai dari lingkungan yang terkecil atau paling dekat dengan siswa.

iii.  Lingkungan Buatan.
Lingkungan buatan merupakan lingkungan yang sengaja diciptakan atau dibangun manusia untuk tujuan- tujuan tertentu yang bermanfaat bagi kehidupan manusia. Lingkungann alam tersebut antara lain irigasi dan pengairan, bendungan, pertamanan, kebun binatang, perkebunan, penghijauan, dan pembangkit tenaga listrik.


PEMETAAN KOMPETENSI PEMBELAJARAN KELAS RANGKAP

PEMBELAJARAN KELAS RANGKAP

PembelajaranKelas Rangkap

Pembelajaran Kelas Rangkap atau Multigrade  Mode lmerupakan strategi pembelajaran dengan menerapkan perangkapan kelas (dua kelas atau lebih) dan perbedaan tingkat kemampuan yang dilakukan oleh seorang guru dalam waktu yang bersamaan. Pelaksanaan kelas rangkapdilakukan dengan menggabungkan satu atau dua mata pelajaran yang sama atau berbeda yang dilaksanakan dalam satu ruang serta disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi sekolah.  Sebelum melakukan pembelajaran guru menyusun perencanaan yang mencakup:
  1. a. PemetaanKompetensi
Pemetaan dimaksudkan untuk menggabungkan materi yang sama di kelas yang berbeda dengan kedalaman yang berbeda sehingga ada kesinambungan. Pemetaan kompetensi dilakukan untuk kompetensi yang harus dicapai dalam 1 semester atau 1 tahun.
b.  PenetapanTema
Penentuan tema disesuaikan dengan hasil pemetaan kompetensi.  Untuk satu semester, biasanya dihasilkan sekitar lima tema dengan masing-masing tema berkisar antara 3-4 minggu.
c.  PengembanganSilabus
Silabus dibuat untuk dua kelas atau tiga kelas sekaligus (sesuai dengan kelas rangkap yang diinginkan).  Silabus setidaknya memuat: standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indicator pencapaian kompetensi untuk penilaian, penilaian, alokasiwaktu, dan sumber belajar.
d.  RencanaPelaksanaanPembelajaran (RPP)
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran berisi langkah-langkah pembelajaran secara rinci (kegiatan awal, inti, dan penutup) dan merupakan pengembangan dari silabus yang ada.  Strategi pengajaran dan pengorganisasian peserta didik juga  harus Nampak dalam RPP.
Kelas rangkap merupakan gabungan dari beberapa peserta didik dengan tingkatan kelas yang berdekatan, misalnya kelas 1 dan 2, atau kelas 4, 5, dan 6; belajar dengan satu guru di kelas yang sama da berlangsung selama satu tahun ajaran penuh.

PEMBELAJARAN KELAS RANGKAP

BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Setiap warga negara berhak untuk memperoleh pendidikan yang layak, demikian dalam undang-undang yang kita miliki dikatakan. Pendidikan yang layak terjadi sampai pada tingkatan yang paling kecil yaitu pembelajaran di dalam kelas, artinya bagi semua warga Indonesia yang belum masuk ataupun sudah berada dalam sistem pembelajaran di kelas memiliki hak yang sama untuk memperoleh pembelajaran yang layak.
Pembelajaran yang layak adalah pembelajaran yang dilakukan dengan memenuhi standar minimal pembelajaran yang harus terjadi di dalam kelas, ada kelas, ada guru, ada bahan ajar, Pembelajaran dapat berjalan dengan baik ketika memiliki kelengkapan komponen pembelajaran, bagaimana pembelajaran bisa berjalan baik dan efektif, jika gurunya saja tidak lengkap, apalagi para murid tidak mempunyai buku-buku yang diperlukan.
Jika murid-murid pada setiap kelas hanya sedikit, bagaimana guru dapat mengoptimalkan pembelajaran, tanpa mengurangi nilai keberadaan tenaga guru. Salah satu pendekatan/model yang dapat di kembangkan untuk menanggulangi permasalahan tersebut adalah melalui Manajemen Pembelajaran Kelas Rangkap. Permasalahan lainnya dalam pola pembelajaran dengan tingkatan kelas sekarang terutama untuk sekolah-sekolah yang terbatas dari komponen guru, siswa, pembiayaan, sarana dan prasarana adalah terpasilitasinya setiap kemampuan dan minat anak untuk mata pelajaran tertentu.
Tidak jarang seorang anak yang karena minat dan penguasaan atas satu mata pelajaran sudah jauh dari teman seangkatannya, mereka tidak terfasilitasi sehingga memungkinkan memunculkan kebosanan dan kurang bergairahnya dalam belajar karena merasa sudah memiliki apa yang diajarkan oleh gurunya di kelas.
Masa menunggu ketika teman-temannya memperoleh apa yang sudah diperoleh inilah yang sebetulnya dapat dikelola ke dalam satu model pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada anak untuk masuk dan mempelajari mata pelajaran tersebut pada tingkatan yang lebih tinggi seperti pada kelas selanjutnya. Kelas dengan berbagai tingkatan umur tidaklah mudah dilakukan, hal ini memerlukan perencanaan yang matang dan penelitian yang terus menerus.
Banyak guru yang merasa enggan dan putus asa merubah gaya mengajarnya dengan sesuatu yang baru dan berbeda, untuk itu perlu ditetapkan prioritas dalam pengembangan guru dengan sesutau yang baru tentang bagaimana mengajar dengan keragaman dalam tingkatan umur, jenis kelamin, sikap dan kemampuan anak.
Disisi lain keuntungan yang dapat diambil oleh siswa dengan menggunakan model kelas rangkap adalah bagi siswa yang lebih tua ada proses pengukuran dari keterampilan yang dimilikinya, bagimana bergaul dengan siswa yang lebih muda, toleransi dengan berbagai tingkatan umur, jenis kelamin dan keterampilan. Bagi siswa yang lebih muda dapat belajar bagaimana bersikap terhadap orang yang lebih tua, bekerja sama dengan siswa yang sikap dan umurnya lebih tua, dan mampu menempatkan diri dalam lingkungan yang berbeda.
1.2. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan dibahas adalah:
1. Apa yang dimaksud dengan pembelajaran kelas rangkap?
2. Mengapa pembelajaran kelas rangkap diperlukan?
3. Bagaimana pola pelaksanaan pembelajaran kelas rangkap?
4. Bagaimana cara menyusun pembelajaran kelas rangkap?
1.3. Tujuan
Tujuan penyusunan makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui pengertian pembelajaran kelas rangkap.
2. Untuk mengetahui alasan di laksanakan pembelajaran kelas rangkap.
3. Dapat mengetahui pola pelaksanaan pembelajaran kelas rangkap.
4. Dapat mengetahui cara menyusun pembelajaran kelas rangkap.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Pembelajaran Kelas Rangkap
Multigrade teaching atau pembelajaran kelas rangkap di SD sudah banyak dilaksanakan di Indonesia di negara-negara maju hal ini sudah menjadi bagian dari sistem pendidikan secara utuh. Pengembangan dan penggunaan model ini dilakukan karena faktor kekurangan tenaga guru, letak geografis yang sulit dijangkau, jumlah siswa relatif kecil, keterbatasan ruangan, atau ketidakhadiran guru.
Pembelajaran Kelas Rangkap merupakan model pembelajaran dengan mencampur beberapa siswa yang terdiri dari dua atau tiga tingkatan kelas dalam satu kelas dan pembelajaran diberikan oleh satu guru saja untuk beberapa waktu. Pembelajaran kelas rangkap sangat menekankan dua hal utama, yaitu kelas digabung secara terintegrasi dan pembelajaran terpusat pada siswa sehingga guru tidak perlu berlari-lari antara dua ruang kelas untuk mengajar dua tingkatan kelas yang berbeda dengan program yang berbeda.
Namun murid dari dua kelas bekerja secara sendiri-sendiri di ruangan yang sama, masing-masing duduk di sisi ruang kelas yang berlainan dan diajarkan program yang berbeda oleh satu guru. Pembelajaran Kelas Rangkap adalah suatu bentuk pembelajaran yang mensyaratkan seorang guru mengajar dalam satu ruangan kelas atau lebih, dalam saat yang sama, dan menghadapi dua atau lebih tingkat kelas yang berbeda (IG.AK.Wardhani, 1998).
Alasan dilakukannya Pembelajaran Kelas Rangkap (PKR) tidak hanya karena faktor kekurangan guru. PKR juga sering diterapkan karena alasan letak geografis yang sulit dijangkau, ruangan kelas terbatas, kekurangan tenaga guru, jumlah siswa yang relatif sedikit, guru berhalangan hadir, atau mungkin faktor keamanan seperti di daerah pengungsi.
Katz (1992), menegaskan bahwa kelas rangkap dilaksanakan tidak hanya karena alasan-alasan letak gegorafis, kekurangan murid, atau kekurangan tenaga guru, akan tetapi lebih dari itu adalah bagaimana meningkatkan mutu pendidikan melalui fasilitasi yang tinggi bagi perkembangan dan potensi siswa. Oleh karena itu dia mengembangkan tiga jenis kelas rangkap dalam rangka pembelajaran; 1) Combined grades, 2) continuous progress, 3) mixed age/multiage grouping.
Model pertama Combine grades; atau juga dikatakan sebagai combined classess, dimana dalam satu kelas terdapat lebih dari satu tingkatan kelas anak. Membagi kelas menjadi beberapa bagian sesuai dengan tuntutan kurikulum untuk beberapa tingkatan atau hanya dua tingkatan. Tujuan utamanya adalah untuk memaksimalkan kemampuan siswa dan pemahaman lingkungan juga meningkatkan sikap dan pengalaman dalam kelompok-kelompok umur yang berbeda.
` Model kedua Continuous progrees; model ini berupa kelompok anak dengan pencapaian kurikulum yang tinggi dimana proses belajar mengajar melihat keberlanjutan pengalaman dan tingkat perkembangan anak, dalam model ini setiap anak berkesempatan untuk terus berkelanjutan dalam mengikuti setiap tingkatan kelas sesuai dengan lama sekolah, tujuannya adalah setiap anak berkesempatan untuk memperoleh keuntungan dari perbedaan umur dan perbedaan sikap dan kemampuan ketika belajar bersama.
Model ketiga mixed age/multiage grouping; dimana proses pembelajaran dan praktek kurikulum memaksimalkan keuntungan dari berinteraksi dan bekerjasama dari beragam umur. Dalam model ini grup dibuat secara fleksibel atau proses re gruping anak dibuat dalam kelompok umur, jenis kelamin, kemampuan, mungkin terjadi satu guru mengajar untuk lebih dari satu tahun.
Alasan dengan menggunakan model berbagai tingkatan umur ini multiage grouping ini adalah;
1. Memberikan kesempatan kepada anak untuk belajar tanpa rasa takut dan salah.
2. Siswa disediakan kegiatan dengan berbagai jenis.
3. Dengan model ini memungkinkan anak dapat belajar tentang aspek sosial, pemahaman tentang diri dan orang lain, kepercayaan diri dan konsep diri, partisipasi anak dalam kelompok, pada akhirnya dapat meningkatkan hubungan sosial dan pertemanan.
4. Tidak ada titik signifikansi antara kelompok umur.
1.2.Alasan di Adakannya Kelas rangkap
Pembelajaran kelas rangkap merupakan suatu kajian strategi pembelajaran, yang menjadi pilihan dalam melaksanakan proses pembelajaran. Pembelajaran kelas rangkap yang disingkat (PKR) relatife baru di dalam dunia pendidikan dan tidak banyak sekolah yang melaksanakan PKR ini.
Pengertian pembelajaran kelas rangkap sesungguhnya di mana seorang guru atau sekelompok guru mengelola kelas, yang terdapat berbagai siswa dari tingkatan kelas yang berbeda atau usia yang bervariasi dengan kemampuan yang bervariasi pula dalam satu ruangan untuk tujuan pembelajaran yang bermakna bagi siswa.Pada ringkasan materi ini akan dibahas lebih mendalam tentang alasan di perlukannya oleh guru dan calon guru.
1. Alasan Psikologis-Pedagogis
Menurut statistik persekolahan tahun 1990 di Indonesia sedikitnya terdapat 12.000 SD yang hanya memiliki guru-3 orang per SD. Sedangkan menurut UNESCO (Djalil: 1997) pada tahun 1980-an di Indonesia terdapat sekitar 20.000 SD yang memiliki guru 1-3 orang. SD-SD tersebut pada umumnya memiliki jumlah murid yang sedikit. Karena jumlah guru dan jumlah muridnya sedikit maka pelaksanaan pembelajaran sehari-hari menerapkan pendekatan pembelajaran kelas rangkap (PKR)
Di Indonesia selama ini pelaksanaan PKR hanya disikapi sebagai suatu keterpaksaan atau keadaan darurat. Berbeda dengan Negara lain Australia, Amerika Serikat, Belanda, RRC Meksiko, Kolumbia, dan negara-negara kecil di Samudra Pasifik PKR sudah lama di praktekkan dengan sengaja. Di Australia kajian Ilmiah mengenai PKR dan kepustakaan mengenai PKR sudah cukup banyak. Sementara di Indonesia kajian dan kepustakaan tentang PKR sangat terbatas. Baru tercatat satu penelitian tentang PKR (Soemardi dkk: 1996) dan baru satu seri modul PKR Universitas Terbuka (Arial Djalil dkk, : 1997)
Bila dilihat dari bidang kajian psikologi pendidikan terdapat konsep “perbedaan individual” atau “Individual differences”. Konsep ini member informasi bahwa setiap anak didik bersifat unik. Artinya di samping memiliki persamaan juga memiliki perbedaan. Perbedaan ini mungkin terjadi karena perbedaan jenis kelamin, usia dan lingkungan.
Secara psikologis seperti diteorilkan oleh Piaget dan Bell-Gredler (1986), setiap anak memiliki tingkat perkembangan atau “cognitive development” sesuai rentang usianya mulai dari tingkat terendah sensori motor (masa bayi) samapai tingkat tertinggi operasi formal (usia 12 tahun ke atas). Secara psikologis-sosiologis setiap anak memiliki tuntutan perilaku peran yang berbeda-beda sebagaimana diteorikan oleh Havighurst (Alberty: 1958) dalam konsep tugas-tugas perkembangan atau development task. Secara moral anak juga memiliki tingkat perkembangan moralita, sebagaimana diteorikan oleh Kohlberg (1975) dalam konsep cognitive moral development.
Bentuk perhatian dan layanan pendidikan dapat berupa penggunaan pendekatan pembelajaran yang mampu mewadahi perbedaan individual anak. Pembelajaran klasikal-individual dapat dinilai jauh lebih sesuai untuk itu dari pada pembelajaran klasikal-massal.
Dalam pembelajaran klasikal-individual walaupun anak berada dalam satu kelas tetapi layanan pembelajaran diberikan secara individual atau kelompok sesuai tingkatan keunikannya. Sedangkan dalam pembelajaran klasikal-massal anak dalam satu kelas cenderung mendapat perlakuan yang serba sama.
Konsep dan model PKR yang di dalam berbagai kepustakaan dikenal dengan multigrade teaching” (Miller: 1989) “the multiage classroom” (Fogarty: 1992) atau “multiple claas teaching” (UNESCO:1988) merupakan pendekatan pembelajaran yang dirancang untuk memberi perhatian dan melayani perbedaan individual anak untuk satu atau lebih dari satu kelas, kedalam satu atau lebih dari satu ruangan.
Secara teoritik sesungguhnya PKR itu dirancang terutama untuk memberi layanan perbedaan individual dalam proses pembelajaran dan bukan semata-mata untuk mengatasi kekurangan guru dalam satu kelas. Selain itu dapat ditambahkan alasan lain yakni sebagai upaya pembentukan keterampilan sosial atau social skills dealam konteks sosial atau kelompok seperti dalam penerapan konsep Open Classroom di USA. (Raka Joni: 1998).
Karena itu PKR dapat diterapkan baik disekolah kecil, misalnya SD dengan jumlah guru dan jumlah muridnya kecil, maupun di sekolah biasa yang jumlah guru dan jumlah muridnya memadai. Dengan kata lain PKR, sesungguhnya berkembang sejalan dengan konsep dan prinsip psikologis dan pedagogis yang berlaku.
2. Alasan Demografis-Sosiologis
Berbeda dengan alasan psikologis –paedagogis yanhg lebih bersifat konseptual, alasan demografis-sosiologis lebih bersifat factual dan praktis.Pembelajaran kelas rangkap sering dikaitkan dengan sekolah kecil di daerah terpencil yang berpenduduk sedikit. Di sekolah seperti ini biasanya hanya ada satu sampai dengan tiga orang guru untuk melayani seluruh siswa kelas I sampai kelas VI.
Jumlah siswa di setiap sekolah juga sedikit. Guru tersebut harus menggabungkan kelas agar bisa mengajar semua siswa di sekolah, artinya dalam satu ruangan ditempati oleh siswa dari dua kelas. Pola penggabungan umumnya adalah kelas 1 dengan kelas 2, kelas 3 dengan kelas 4, dan kelas 5 dengan kelas 6.
SDN Ma’lengu di Kecamatan Bontolempangan Kabupaten Gowa. Sekolah ini hanya memiliki 4 gedung yang terdiri dari 3 gedung (3 ruang) untuk proses belajar mengajar, dan 1 gedung untuk ruang kepala sekolah dan administrasi. Guru yang mengajar terdiri dari 4 guru kelas, 1 guru olah raga, 1 guru agama dengan 1 kepala sekolah. Rata-rata jumlah siswa per kelas adalah 23 anak.
Secara geografis, letak SDN Ma’lengu berada di daerah dataran tinggi sekitar 70 km sebelah timur kota Sungguminasa sehingga jauh dari keramaian. Selain itu, SDN Ma’lengu juga termasuk salah satu sekolah terpencil di Kab. Gowa yang terletak jauh di pelosok pedalaman yang baru berumur sekitar 4 tahun disebabkan karena sekolah ini sebelumnya adalah kelas jauh yang kemudian mati (tidak ada aktifitas belajar) disebabkan karena tidak ada tenaga pengajar yang mau ke daerah tersebut.
Kemudian baru pada tahun 2005 dirintis kembali dengan kondisi tenaga pengajar yang hanya terdiri dari 3 orang dan ruang belajar terdiri dari 2 kelas. Baru pada tahun 2008 mendapatkan tambahan ruang belajar sebanyak 2 buah sehingga sudah ada 3 ruang belajar. Terus guru yang mengajar pada sekolah tersebut terdiri atas 4 orang guru yang berstatus PNS termasuk kepala sekolah, 3 orang guru berstatus honorer. Dan di sekolah tersebut juga terdapat 8 rombongan belajar dan sekolah ini termasuk sekolah satu atap. Siswa yang bersekolah di SDN Ma’lengu adalah anak-anak dari Dusun yang tidak memungkinkan untuk bersekolah di sekolah lainnya. Oleh sebab itu tepatlah jika sekolah ini dikategorikan sebagai sekolah terpencil.
Keadaan sebagaimana dlikemukakan diatas menunjukkan adanya masalah demografis-sosiologis yaitu murid sedikit-guru sedikit, murid sedikit-guru berlebih, murid cukup-guru sedikit, dan murid cukup-guru berlebih. Keadaaan seperti ini menimbulkan permasalahan inefisiensi yakni pemborosan tenaga guru atau permasalahan equity atau pemerataan kualitas yang sukar dicapai kerena kemungkinan terjadi penelantaran muris atau deprivation.
Untuk mengatasi keadaan murid sedikit-guru sedikit, dan murid cukup-guru sedikit, diperlukakan pengelolaan pembelajaran yang memungkinkan terjadi perangkapan kelas oleh seorang guru dalam satu ruangan atau lebih dari satu ruangan. Relevan dengan tuntutan itu konsep dan pendekatan pembelajaran kelas rangkap merupakan jawaban yang tepat.
Selain itu konsep dan model PKR juga merupakakan jawaban yang tepat terhadap adanya keterbatasan logistic. Misalnya ruang kelas yang terbatas karena sejak awal ruangan sangat terbatas atau sebagian ruangannya sudah rusak yang disebabkan karena umur bangunan yang sudah tua atau rusak akibat bencana alam seperti tsunami, gempa bumi, tanah longsor dll.
Satu hal yang juga tidak dapat diabaikan adalah alasan ketidakhadiran salah seorang guru karena berbagai alasan. Kondisi ini menuntut guru yang ada di sekolah untuk melaksanakan kelas rangkap dengan menggunakan PKR. Keadaan ini sangat memungkinkan terjadi baik di SD daerah pedesaan maupun daerah perkotaan.
Pembelajaran kelas rangkap juga terdapat di banyak sekolah perkotaan, karena jumlah siswa tidak seimbang dengan jumlah kelas. Kelas harus digabung untuk mendapatkan jumlah siswa seperti biasa. Jadi alasan dibentuknya kelas rangkap bukan karena kekurangan guru saja melainkan juga alasan efisiensi. Misalnya jika di kelas 1 hanya ada 9 siswa dan kelas 2 hanya ada 10 siswa maka tidak perlu masing-masing kelas diajar oleh seorang guru. Dengan prinsip efisiensi sumber daya maka cukup diperlukan satu guru yang merangkap mengajar kelas 1 dan kelas 2.
Dari pembahan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa penerapan PKR secara konseptual sesuai dengan konsep psikologi dan pedagogi dan secara praktis dapat mengatasi berbagai kendala demografis, sosiologis, dan kendala situasional lainya.
2.3.Pola Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Rangkap
Pola-pola dalam pelaksanaan pembelajaran kelas rangkap seperti dikemukakan oleh Oos M. Anwas dalam penelitiannya yang berjudul Pengembangan Model Pembelajaran Kelas Rangkap Berbantuan Media Audio di Sekolah Dasar. Pola pertama, seorang guru menghadapi dua ruangan untuk dua tingkatan kelas yang berbeda, misalnya kelas IV dan V. Masing-masing ruangan ditempati oleh satu tingkatan kelas. Biasanya antarkelas dihubungkan oleh pintu penghubung. Pintu penghubung ini bisa digunakan guru dalam memberikan penjelasan kepada seluruh siswa di semua tingkatan yang berbeda tersebut.
2.4. Cara Menyusun Pembelajaran Kelas Rangkap
Pelaksanaan kelas rangkap dilakukan dengan menggabungkan satu atau dua mata pelajaran yang sama atau berbeda yang dilaksanakan dalam satu ruang serta disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi sekolah. Sebelum melakukan pembelajaran guru menyusun perencanaan yang mencakup:
a. Pemetaan Kompetensi
Pemetaan dimaksudkan untuk menggabungkan materi yang sama di kelas yang berbeda dengan kedalaman yang berbeda sehingga ada kesinambungan. Pemetaan kompetensi dilakukan untuk kompetensi yang harus dicapai dalam 1 semester atau 1 tahun.
b. Penetapan Tema
Penentuan tema disesuaikan dengan hasil pemetaan kompetensi. Untuk satu semester, biasanya dihasilkan sekitar lima tema dengan masing-masing tema berkisar antara 3-4 minggu.
c. Pengembangan Silabus
Silabus dibuat untuk dua kelas atau tiga kelas sekaligus (sesuai dengan kelas rangkap yang diinginkan). Silabus setidaknya memuat: standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar.
d. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran berisi langkah-langkah pembelajaran secara rinci (kegiatan awal, inti, dan penutup) dan merupakan pengembangan dari silabus yang ada. Strategi pengajaran dan pengorganisasian peserta didik juga harus nampak dalam RPP.
Kelas rangkap merupakan gabungan dari beberapa peserta didik dengan tingkatan kelas yang berdekatan, misalnya kelas 1 dan 2, atau kelas 4, 5, dan 6; belajar dengan satu guru di kelas yang sama dan berlangsung selama satu tahun ajaran penuh. Hal yang perlu mendapat penekanan di sini adalah:
1. Guru tidak mengajar dua kelas tepisah secara bergantian dengan program yang berbeda.
2. Pembelajaran dilakukan secara tematik, namun untuk kompetensi-kompetensi tertentu yang tidak dapat diikat dengan tema tetap diajarkan secara terpisah.
3. Strategi pembelajaran yang dipilih guru dalam kelas rangkap disesuaikan dengan banyaknya jumlah peserta didik dan dengan menggunakan kombinasi berbagai metode pembelajaran.
4. Strategi pembelajaran hendaknya mencerminkan pembelajaran yang berbeda dan PAKEM (Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan).
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Multigrade teaching atau pembelajaran kelas rangkap di SD banyak dilakukan baik di Indonesia maupun negara maju. Penggunaan model ini dilakukan karena faktor kekurangan tenaga guru, letak geografis yang sulit dijangkau, jumlah siswa relatif kecil, keterbatasan ruangan, atau ketidakhadiran guru. Media audio merupakan salah satu pilihan dalam meningkatkan mutu proses pembelajaran kelas rangkap. Media ini dipandang cukup murah, mudah, dan praktis. Di sisi lain media audio juga bisa mengatasi lemahnya budaya membaca.
Penggunaan pola pembelajaran kelas rangkap sangat ditentukan oleh kondisi dan kebutuhan sekolah. Di sini kreativitas guru sangat dituntut. Model PKR Berbantuan Media Audio terbukti membantu tugas guru. Di samping itu, model ini dapat memudahkan siswa dalam memahami materi serta bisa meningkatkan motivasi belajar. Hal ini merupakan aspek penting dalam meningkatkan kualitas pembelajaran terutama bagi sekolah yang melakukan pembelajaran kelas rangkap.
B. SARAN
Setelah kita membahas pembelajaran kelas rangkap guru diharapkan memahami konsep dan dapat melaksanakan pembelajaran kelas rangkap sesuai dengan kondisi tertentu yang menuntut guru melaksanakan pembelajaran kelas rangkap.Dengan diadakannya pembelajaran kelas rangkap proses pembelajaran dapat berlangsung lebih efektif dengan kekurangan yang ada.
DAFTAR PUSTAKA
http://belajar-ajaran.blogspot.com