A. Hakikat dan Konsep Perspektif Global
Merryfield (1995) dalam artikelnya yang berjudul “Institutionalizing
Cross-cultural Experience and International Expertise in Teacher
Educational: the Development and Potential of a Global Education PDS
Network” menyimpulkan konsep-konsep dari perspektif global, yaitu
bahwa para pendidik perlu mempunyai pengetahuan dan kemampuan untuk
mengajarkan kepada para muridnya sebagai berikut:
1. Penghargaan
terhadap adanya perbedaan-perbedaan dan persamaan-persamaan budaya,
untuk itu para guru perlu mengajarkan berbagai macam perspektif yang
dimiliki oleh orang lain atau pun masyarakat lain dan mereka perlu juga
mempunyai kesadaran untuk bertoleransi terhadap perspektif yang dimiliki
oleh orang lain.
2. Dunia ini merupakan sebuah sistem sehingga di dalamnya terjadi saling ketergantungan dan saling keterkaitan.
3. Keputusan-keputusan
dan tindakan-tindakan yang diambil oleh seseorang akan dapat
mempengaruhi dan dipengaruhi oleh interaksi global.
B. Dimensi Perspektif Global
Saat ini tidak ada suatu bangsapun yang statis dan homogen. Setiap bangsa berkembang karena adanya interaksi dengan bangsa lain, sehingga sistem nilai budaya dan nilai lainnya akan saling mempengaruhi satu sama lain. Perspektif
global bertolak dari masalah yang ada dalam kehidupan sehari-hari,
misalnya mengenai masalah pendidikan, kesehatan, pengangguran,
kemiskinan, dan sebagainya. Semua permasalahan ini berdampak pada permasalahan global. Dalam kaitannya dengan budaya di era globalisasi, Makagiansar (Mimbar, 1990) mengajukan empat dimensi perspektif global, yaitu:
1. Afirmasi
atau penegasan dari dimensi budaya dalam proses pembangunan bangsa dan
masyarakat. Pembangunan akan terasa hampa jika tidak diilhami oleh
kebudayaan bangsanya. Nilai budaya suatu bangsa menjadi landasan bagi
pembangunan suatu negara, serta merupakan alat seleksi bagi pengaruh
luar yang sudah tidak terkendali.
2. Mengembangkan identitas budaya dan setiap kelompok manusia berhak diakui identitas budayanya.
3. Partisipasi, bahwa dalam pengembangan suatu bangsa dan negara sangat diperlukan partisipasi dari masyarakat.
4. Memajukan kerjasama antar budaya. Hal ini dimaksudkan agar ada aksi dan upaya saling mengisi atau mengilhami, sehingga akan ada kemajuan dan peningkatan antar budaya bangsa.
Sementara itu, Hanvey (1976) dalam bukunya yang sangat terkenal “An Attainable Global Perspective” menyebutkan 5 dimensi dari perspektif global sebagai berikut.
1. Perspective conciousness
Kesadaran dan penghargaan terhadap adanya berbagai macam
pendapat yang berbeda-beda
di dunia ini.
2. State of planet awareness
Adanya pengertian yang mendalam terhadap isu-isu dan peristiwa-peristiwa global.
3. Cross-cultural awareness
Adanya
kesepakatan yang bisa diterima secara umum dalam membuat karakteristik
budaya-budaya yang ada di dunia ini, yaitu bahwa sekalipun ada
perbedaan-perbedaan dalam budaya, namun ada banyak kesamaan yang
dimiliki.
4. Systemic awareness
Mengetahui
akan sistem-sistem yang ada di alam, sehingga mulai mengenal
kompleksnya sistem internasional, di mana aktor-aktor negara dan
aktor-aktor non-negara saling mempengaruhi dalam berbagai macam isu yang
terjadi di kawasan-kawasan yang ada di dunia ini.
5. Options for participation
Mengetahui
strategi-strategi yang tepat sehingga mampu berpartisipasi dengan baik
dalam menghadapi isu-isu yang terjadi di tingkat lokal, nasional hingga
internasional.
C. Manfaat Perspektif Global
Secara
politis peran negara bergeser dari penentu dan pembuat wawasan
kebangsaan menjadi penjaga stabilitas dan pengontrol politik baik di dalam
maupun luar negeri. Perlu disadari bahwa negara kita berhadapan dengan
faktor luar yang sangat kuat. Oleh karena itu, peningkatan kerja sama
dengan negara lain dalam segala bidang perlu ditingkatkan. Negara harus
bersifat terbuka, karena kerja sama dalam berbagai bidang menuntut
adanya komitmen yang tinggi. Negara harus beradaptasi dengan sistem yang terus berubah, aktif mengikuti dan mengadakan perubahan. Berikut ini beberapa manfaat mempelajari perspektif global.
1. Meningkatkan wawasan dan kesadaran para pendidik dan peserta didik bahwa kita bukan hanya penghuni satu daerah,
tetapi mempunyai ketergantungan dengan orang lain di belahan bumi yang
lain. Oleh karena itu sikap kita harus mencerminkan “sikap
ketergantungan” tersebut.
2. Menambah
dan memperluas pengetahuan kita tentang dunia, sehingga dapat megikuti
perkembangan dunia dalam berbagai aspek terutama perkembangan iptek.
3. Mengkondisikan
para mahasiswa untuk berpikir integral bukan general, sehingga suatu
gejala atau masalah dapat ditanggulangi dari berbagai aspek.
4. Melatih kepekaan dan kepedulian mahasiswa terhadap perkembangan dunia dengan segala aspeknya.
D. Tujuan Perspektif Global
Lee Anderson dan Charlotte Anderson (1979) menyatakan bahwa untuk mempersiapkan peserta didik
agar menjadi warga negara yang baik harus dimulai dari berbagai macam
kelompok yang melibatkannya, dari yang terdekat hingga yang terjauh,
yaitu dari masyarakat lokal, nasional, hingga global. Ada 5 tujuan pokok dari perspektif global, yaitu:
1. Mengembangkan pengertian keberadaan mereka sebagai individu-individu yang membentuk masyarakat.
2. Mengembangkan pengertian bahwa mereka merupakan anggota dari masyarakat dunia.
3. Mengembangkan pengertian bahwa mereka adalah penghuni planet bumi ini dan kehidupannya bergantung pada planet bumi tersebut.
4. Peserta didik harus diberi pengertian bahwa mereka adalah partisipan atau pelaku aktif dalam masyarakat global ini.
5. Mendidik
peserta didik agar mempunyai kemampuan untuk hidup secara bijaksana dan
bertanggung jawab sebagai individu, sebagai umat manusia, sebagai insan
penghuni planet bumi ini, serta sebagai anggota masyarakat global.
Sementara
itu, menurut Marryfield (dalam buku Perspektif Global karangan Prof.
Dr. H. Nurshid S dan Drs. Kuswaya W : 1997), tujuan diberikannya
perspektif global adalah sebagai berikut:
1. Mendorong mahasiswa untuk mempelajari lebih banyak tentang materi dan masalah yang berkaitan dengan masalah global.
2. Mendorong para pendidik untuk mempelajari masalah yang berkaitan dengan masalah lintas budaya.
3. Mengembangkan dan memahami makna perspektif global baik dalam kehidupan sehari-hari maupun pengembangan profesinya.
E. Masalah Perspektif Global
Berkaitan dengan masalah global, Merry M. Merryfield (1997 : 8) mengemukakan pokok-pokok masalah global, yaitu: penduduk dan keluarga berencana (population and family planning); hak rakyat menentukan pemerintahan sendiri (self-determination); pembangunan (development); hak asasi manusia (human right); emigrasi, imigrasi dan pengungsian (emigration, immigration and refugees); kepemilikan bersama secara global (the global commnos); lingkungan hidup dan sumber daya alam (environment and natural resources); persebaran kemakmuran; teknologi informasi; sumber daya; jalan masuk ke pasar; kelaparan dan bahan pangan; perdamaian dan keamanan; prasangka dan diskriminasi.
Isu dan masalah diatas bukan lagi hanya dirasakan secara lokal dan regional di tempat-tempat serta kawasan-kawasan
tertentu, melainkan telah menjadi isu dan masalah global yang dirasakan
serta disadari oleh masyarakat dunia. Badan dan lembaga dunia, baik
organisasi yang merupakan bagian dari PBB maupun diluar PBB seperti LSM
(lembaga swadaya masyarakat), telah menaruh perhatian serta kepedulian
terhadap masalah-masalah global tersebut.
Berikut
ini contoh beberapa isu dan masalah global seperti penduduk dan
keluarga berencana, pembangunan, hak asasi manusia, migrasi, lingkungan
dan sumber daya, dalam pembahasan yang singkat.
1. Penduduk dan Keluarga Berencana
Masalah penduduk bukan hanya merupakan masalah nasional bagi Indonesia,
melainkan juga merupakan masalah bangsa lain, baik bangsa-bangsa yang
terbelakang dan sedang berkembang, maupun bangsa-bangsa yang telah maju.
Persoalan-persoalan ketidakseimbangan antara pertumbuhan dan jumlah
penduduk dengan ketersediaan barang bahan pangan, lapangan kerja serta
pemukiman yang merupakan masalah kesejahteraan, bukan hanya masalah yang
menimpa bangsa Indonesia, melainkan dialami oleh seluruh bangsa di
dunia ini. Oleh karena itu, masalah ini dapat dinyatakan sebagai masalah
global.
Salah
satu upaya untuk mengatasi masalah penduduk yaitu dengan melakukan
program keluarga berencana dengan mengatur jumlah anggota keluarga demi
kesejahteraan masing-masing keluarga. Upaya ini tidak hanya dilakukan
oleh bangsa Indonesia, melainkan juga dilakukan oleh bangsa-bangsa lain
di dunia. Akan tetapi, pada kenyataannya pelaksanaan program keluarga
berencana tidak selancar seperti apa yang direncanakan dan diharapkan,
melainkan masih menghadapi berbagai masalah. Oleh karena itu, program
ini selain merupakan upaya pemecahan masalah, pada pelaksanaannya juga
masih merupakan masalah global. Berkaitan dengan hal itu, PBB sebagai
organisasi dan lembaga dunia sangat memperhatikan masalah tersebut.
2. Pembangunan
Pembangunan
yang oleh Bartelmus (1986 : 3) dinyatakan sebagai proses yang berupaya
memperbaiki kondisi hidup masyarakat, baik kondisi material maupun non
material termasuk kebutuhan-kebutuhan fisik, telah – sedang – dan akan
dilakukan oleh semua bangsa di dunia ini. Namun demikian, karena pada
pelaksanaannya melibatkan segala sumber daya, baik alam (SDA) maupun
manusia (SDM) termasuk kemampuan IPTEKnya, maka pembangunan masih banyak
menghadapi masalah. Oleh karena itu, pembangunan sebagai upaya
pemecahan masalah kesejahteraan masyarakat, pada sisi lain masih menjadi
masalah. Kenyataan demikian masih dialami oleh sebagian besar
bangsa-bangsa di dunia. Dengan demikian, pembangunan sebagai suatu
masalah, juga menjadi masalah global.
3. Hak Asasi Manusia
Pada
hakekatnya, setiap manusia memiliki hak yang sama di segala bidang. Hak
merupakan sebuah anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa yang diberikan
kepada umat manusia yang hidup di muka bumi ini tanpa terkecuali. Akan
tetapi, dalam kehidupan masyarakat,
hak asasi manusia ini mendapat perlakuan yang berbeda-beda oleh
pihak-pihak tertentu, sehingga terjadi pelanggaran atas HAM tersebut.
Diskriminasi ras, etnis, agama dan lain-lainnya merupakan pelanggaran
terhadap HAM. Hal tersebut dialami oleh kelompok masyarakat atau
perorangan tertentu di negara masing-masing. Masalah ini terjadi di
seluruh dunia. Oleh karena itu, HAM tidak hanya merupakan masalah lokal
dan regional di tempat-tempat serta kawasan-kawasan tertentu, melainkan
juga merupakan masalah global.
4. Migrasi
Perpindahan penduduk, baik dalam bentuk emigrasi (ke luar dari negara sendiri) dan imigrasi (masuk ke dalam negara tertentu) maupun dalam
bentuk pengungsian, terjadi dimana-mana di dunia ini. Faktor
penyebabnya bermacam-macam, mulai dari faktor ekonomi, bencana alam,
wabah, politik sampai pada keamanan. Bagi kelompok atau perorangan yang
melakukannya, mungkin migrasi merupakan jalan keluar dari masalah yang
dialaminya. Namun bagi negara atau kawasan yang didatangi mungkin
menjadi masalah, karena menyangkut tempat penampungan, lapangan kerja,
bahan kebutuhan, dan lain sebagainya. Kita dapat menyimak dan mengamati
proses perpindahan ini dari berbagai kawasan di dunia sebagai akibat
dari berbagai masalah di negara, seperti banjir, kesulitan ekonomi dan
pertentangan politik menjadi penyebab terjadinya migrasi penduduk di
kawasan yang bersangkutan, atau dari kawasan tersebut ke negara lain.
Masalah migrasi ini telah menjadi masalah global.
5. Lingkungan dan Sumber Daya
Menurut UU RI no. 4 tahun 1982, lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, makhluk
hidup, termasuk di dalamnya manusia dan perilakunya yang mempengaruhi
kelangsungan kehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup
lainnya. Masalah lingkungan seperti pencemaran, banjir, kekeringan, tanah
longsor, dan sebangsanya yang mengganggu bahkan mengancam kehidupan
manusia, tidak hanya terjadi secara lokal maupun regional di
tempat-tempat atau kawasan tertentu, melainkan secara meluas terjadi dimana-mana di permukaan bumi ini.
G.T. Miller (1985 : 6)
mengemukakan sumber daya alam adalah suatu bentuk materi atau energi
yang diperoleh dari lingkungan fisikal yang dapat memenuhi kehidupan
manusia. Dengan demikian antara sumber daya alam dengan lingkungan itu
tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Kandungan, persediaan,
penggalian, pengolahan, dan pemanfaatan sumber daya, khususnya sumber
daya alam, tidak hanya menyangkut pemerintah serta negara sebagai
pemilik sumber daya, melainkan juga melibatkan negara-negara lain yang
berkepentingan. Kuota produksi dan kuota perdagangan sampai pada harga
sumber daya alam tertentu yang strategis merupakan kesepakatan bersama
di antara negara-negara produsen dengan negara-negara konsumen.
Dengan
demikian, mengenai sumber daya alam ini dilandasi oleh kesejahteraan
global negara-negara yang bersangkutan. Produksi, konsumsi,
dan perdagangannya memiliki dampak global terhadap kehidupan ekonomi,
politik serta kondisi ekologi dunia. Dalam mekanisme dan dinamika
produksi, pemanfaatan, konsumsi dan perdagangan sumber daya alam ini
terjadi proses ketergantungan dan saling keterkaitan antar berbagai
negara di dunia yang berkepentingan. Kenyataan tersebut merupakan
fenomena global yang terus berkembang dari waktu ke waktu. Pemanfaatan
lingkungan dan sumber daya yang menjadi aset dunia seperti samudra dan
ruang angkasa, menuntut saling keterkaitan serta saling ketergantungan
global yang mengoptimalkan pemanfaatan aset-aset tadi. Hal tersebut
harus menjadi perhatian dan kepedulian tiap pribadi umat manusia,
khususnya orang-orang yang bertindak mengambil kebijakan dan keputusan.
Disinilah letak dan kedudukan wawasan dan kepedulian global dalam
situasi kehidupan umat manusia yang makin mendunia