A. Pengertian Dan Ciri-Ciri Belajar
Menurut analisis penulis, Belajar merupakan
proses yang aktif untuk memahami hal-hal baru dengan pengetahuan yang kita
miliki. Di sini terjadi penyesuaian dari pengetahuan yang sudah kita miliki
dengan pengetahuan baru. Dengan kata lain, ada tahap evaluasi terhadap
informasi yang didapat, apakah pengetahuan yang kita miliki masih relevan atau
kita harus memperbarui pengetahuan kita sesuai dengan perkembangan zaman.
Sebagaimana dikatakan bahwa belajar pada
dasarnya adalah suatu proses perubahan manusia. Dalam ilmu psikologi, proses
belajar berarti cara-cara atau langkah-langkah (manners or operation) khusus
yang dengannya beberapa perubahan ditimbulkan hingga tercapai tujuan tertentu.
(Rober ,1988, dalam Muhibin,1995). Dalam pengertian tersebut tahapan perubahan
dapat diartikan sepadan dengan proses. Jadi proses belajar adalah tahapan
perubahan perilaku kognitif, afektif dan psikomotor yang terjadi dalam diri siswa.
Perubahan tersebut bersifat positif dalam arti berorientasi ke arah yang lebih
maju dari pada keadaan sebelumnya. Dalam uraian tersebut digambarkan bahwa
belajar adalah aktifitas yang berproses menuju pada satu perubahan dan terjadi
melalui tahapan-tahapan tertentu.
Ada banyak bentuk-bentuk perubahan yang
terdapat dalam diri manusia yang ditentukan oleh kemampuan dan kemauan
belajarnya sehingga peradaban manusia itupun tergantung dari bagaimana manusia
belajar. Belajar juga memainkan peranan penting dalam mempertahankan sekelompok
umat manusia di tengah persaingan yang semakin ketat dengan bangsa-bangsa lain
yang lebih dahulu maju karena belajar.
Kemajuan hasil belajar bidang pengetahuan dan
teknologi tinggi digunakan untuk membuat senjata pemusnah sesama manusia. Jadi
belajar disamping membawa manfaat namun dapat juga menjadi mudarat. Meskipun
ada dampak negatif dari hasil belajar namun kegiatan belajar memiliki arti
penting yaitu dengan belajar seseorang dapat mempertahankan dirinya untuk tetap
bertahan hidup dari segala macam gangguan baik yang datang dari dalam dirinya
maupun juga yang datang dari luar dirinya.
B. Jenis-Jenis Belajar
Bedasarkan teori-teori yang telah dipaparkan
dalam BAB I, banyak cara dalam melakukan proses balajar . Di dalam proses belajar
terdapat berbagai macam jenis belajar. Jenis-jenis belajar menurut Gagne
terbagi menjadi 8 jenis yaitu Belajar isyarat (signal learning), Belajar
stimulus respon, Belajar merantaikan (chaining), Belajar asosiasi verbal
(verbal Association), Belajar membedakan (discrimination), Belajar konsep
(concept learning), Belajar dalil (rule learning), Belajar memecahkan masalah
(problem solving).
Dari kedelapan jenis tersebut dapat
menumbuhkembangkan perilaku kognitif yang mencakup pengetahuan, pemahaman,
aplikasi, analisis dan sintesis dan evaluasi. Selain dari kognititf aspek
avektif dan psikomotor sesorang juga tumbuh. Aspek afektif mencakup Penerimaan, Sambutan, Penilaian, Pengorganisasian,
Karakterisasi. Sedangkan psikomotor mencakup Kesiapan (set), Meniru (imitation),
Membiasakan (habitual), Adaptasi (adaption).
Dari tumbuhnya ketiga aspek tersebut barulah seseorang dapat dikatakan telah
mencapai tujuan dari belajar.
Belajar kognitif dimana adalah belajar yang
berkaitan dengan aspek intelektual. Kompetensi kawasan kognitif meliputi
menghafal, memahami, mengaplikasikan, menganalsis, mensitesakan dan menilai
pengalaman belajar. Pengalaman belajar untuk kegiatan hafalan dapat berupa
berlatih menghafal misalnya menggunakan jembatan ingatan yaitu dengan dihubungkan
dengan benda-benda, kata-kata atau sebagainya yang biasa ditemukan dan mudah
diingat sebagai jembatan kita untuk mengingat hafalan kita. Jenis materi
pembelajaran yang perlu dihafal dapat berupa fakta,konsep,prinsip, dan
procedure. Pengalaman belajar untuk tingkat pemahaman dilakukan dengan
membandingkan, mengidentifikasikan karakteristik dansebagainya.
Pengalaman belajar tingkatan aplikasi
dilakukan dengan jalan menerapkan rumus dalil atau prinsip terhadap kasus nyata
yang terjadi di lapangan. Pengalaman belajar tingkatan sintesis dilakukan
dengan memadukan berbagai unsure atau komponen,menyusun membentuk bangunan,
menggambar dan sebagainya. Pengalaman belajar untuk mencapai kemampuan dasar
tingkatan penilaian dilakukan dengan memberikan penilaian terhadap objek studi
menggunakan criteria tertentu.
Berkaitan dengan kawasan afektif, pengalaman
belajar yang perlu dilakukan agar siswa mencapai tingkatan kompetensi afektif
yaitu dengan mengamati dan menirukan contoh/model, mendatangi objek studi yang
dapat memupuk pertumbuhan nilai, berbuat atau berpartisipasi aktif sesuai
dengan tuntutan nilai yang dipelajari dan sebagainya.
Untuk kawasan psikomotor, pengalaman belajar
yang dapat dilakukan untuk mencapai kompetensi ini adalah berlatih dengan
frekuensi tinggi dan intensif, latihan menirukan, menstimulasikan,
mendemonstrasikan, gerakan yang ingin dikuasai.
C. Pembelajaran Dan Pengajaran
Proses pembelajaran dialami setiap orang
sepanjang hayat serta dapat berlaku di manapun dan kapanpun. Pembelajaran
merupakan interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya sehingga terjadi
perubahan perilaku kearah yang lebih baik. Dalam pembelajaran tugas guru yang
paling utama adalah mengkondisikan lingkungan agar menunjang terjadinya
perubahan perilaku bagi peserta didik. Pada dasarnya Pembelajaran mempunyai
pengertian yang mirip dengan pengajaran, walaupun mempunyai konotasi
yang berbeda. Dalam konteks pendidikan, guru mengajar supaya peserta didik dapat belajar
dan menguasai isi pelajaran hingga mencapai sesuatu objektif yang ditentukan
(aspek kognitif), juga dapat mempengaruhi perubahan sikap (aspek afektif),
serta keterampilan (aspek psikomotor) seseorang peserta didik. Pengajaran
memberi kesan hanya sebagai pekerjaan satu pihak, yaitu pekerjaan guru saja.
Sedangkan pembelajaran juga menyiratkan adanya interaksi antara guru dengan
peserta didik. Di dalam pembelajaran dapat berlangsung dengan atau tanpa
hadirnya guru.
Dalam proses belajar terdapat komponen
pendukung yang dapat mendorong tercapainya tujuan utama dari proses
pembelajaran yang ditandai dengan adanya perubahan perilaku. Proses belajar
dapat terjadi baik secara alamiah maupun direkayasa. Proses balajar secara
alamiah biasanya terjadi pada kegiatan yang umumya dilakukan oleh setiap orang
dan kegiatan belajar ini tidak direncanakan. Sedangkan proses belajar yang
direkayasa merupakan proses belajar yang memiliki sistematika yang jelas dan
telah direncanakan sebelumnya guna mencapai tujuan yang diinginkan. Dalam
proses ini metode yang digunakan disesuaikan dengan tujuan yang hendak dicapai.
Dalam hal ini proses belajar yang direkayasa yang lebih memungkinkan
tercapainya perubahan perilaku karena ada rancangan yang berisi metode dan alat
pendukung.
Dalam mengembangkan kegiatan pembelajaran,
kegiatan pembelajaran harus dirancang untuk memberikan pengalaman belajar pada
peserta didik. Pengalaman belajar yang dimaksud dapat terwujud melalui
penggunaan pendekatan pembelajaran yang bervariasi dan berpusat pada peserta
didik. Oleh karena itu kegiatan pembelajaran disusun untuk memberikan bantuan
kepada pengajar, khususnya siswa agar dapat melaksanakan proses pembelajaran
secara professional. Kegiatan pembelajaran memuat rangkaian kegiatan yang harus
dilakukan oleh siswa secara berurutan untuk mencapai kompetensi dasar.
Penentuan urutan kegiatan pembelajaran harus sesuai dengan kirarki konsep
materi pembelajaran, dan rumusan pernyataan dalam kegiatan pembelajaran minimal
mengandung dua unsure penciri yang mencerminkan pengelolaan pengalaman belajar
siswa yaitu kegiatan siswa dan materi.
D. Prinsip-Prinsip Belajar
Dalam
melaksanakan pembelajaran, agar dicapai hasil yang lebih optimal perlu
diperhatikan beberapa prinsip pembelajaran. Prinsip pembelajaran dibangun atas
dasar prinsip-prinsip yang ditarik dari teori psikologi terutama teori belajar
dan hasil-hasil penelitian dalam pembelajaran. Prinsip pembelajaran bila
diterapkan dalam proses pengembangan pembelajaran dan pelaksanaan pembelajaran
akan diperoleh hasil yang lebih optimal. Oleh karena itu untuk mencapai
kegiatan pembelajaran yang efektif dan efisien, guru harus memperhatikan
prinsip-prinsip pembelajaran yang dikemukakan oleh Gagne dan Atwi Suparman.
Pembelajaran
yang efektif dan bermakna dapat dilakukan dengan prosedur pemanasan dan
apersepsi, eksplorasi, konsolidaesi pembelajaran, pembentukan kompetensi; sikap
dan perilaku, penilaian formatif.
Pada
dasarnya prinsip-prinsip belajar adalah perhatian, motivasi, keaktifan siswa,
keterlibatan langsung, pengulangan belajar, materi belajar yang merangsang dan
menantang, penguatan kepada siswa dan aspek psikologi lain.
Perhatian,
dalam pembelajaran guru hendaknya tidak mengabaikan masalah perhatian. Sebelum
pembelajaran dimulai guru hendaknya menarik perhatian siswa agar siswa
berkonsentrasi dan tertarik pada materi pelajaran yang sedang diajarkan.
Motivasi,
Jika perhatian siswa sudah terpusat maka langkah guru selanjutnya memotivasi
siswa. Walaupun siswa udah termotivasi dengan kegiatan awal saat guru
mengkondisikan agar perhatian siswa terpusat pada materi pelajaran yang sedang
berlangsung. Namun guru wajib membangun motivasi sepanjang proses belajar dan
pembelajaran berlangsung agar siswa dapa mengikuti pelajaran dengan baik.
Keaktifan
siswa, Pembelajaran yang bermakna apabila siswa aktif dalam proses belajar dan
pembelajaran. Siswa tidak sekedar menerima dan menelan konsep-konsep yang
disampaikan guru, tetapi siswa beraktivitas langsung. Dalam hal ini guru perlu
menciptakan situasi yang menimbulkan aktivitas siswa.
Keterlibatan
langsung, pelibatan langsung siswa dalam proses pembelajaran adalah penting.
Siswalah yang melakukan kegiatan belajar bukan guru. Supaya siswa banyak
terlibat dalam proses pembelajaran, guru hendaknya memilih dan mempersiapkan
kegiatan-kegiatan sesuai dengan tujuan pembelajaran.
Pengulangan
belajar, Penguasaan meteri oleh siswa tidak bisa berlangsung secara singkat.
Siswa perlu melakukan pengulangan-pengulangan supaya meteri yang dipelajari
tetap ingat. Oleh karena itu guru harus melakukan sesuatu yang membuat siswa
melakukan pengulangan belajar.
Materi
pelajaran yang merangsang dan menantang, kadang siswa merasa bosan dan tidak
tertarik dengan materi yang sedang diajarkan. Untuk menghindari gejala yang
seperti ini guru harus memilih dan mengorganisir materi sedemikikan rupa
sehingga merangsang dan menantang siswa untuk mempelajarinya.
Balikan
atau penguatan kepada siswa, penguatan atau reinforcement mempunyai efek yang
besar jika sering diberikan kepada siswa. Setiap keberhasilan siswa sekecil
apapun, hendaknya ditanggapi dengan memberikan penghargaan.
Aspek-aspek
psikologi lain, setiap siswa memiliki karakteristik yang berbeda. Perbedaan
individu baik secara fisik maupun secara psikis akan mempengaruhi cara belajar
siswa tersebut, sehingga guru perlu memperhatikan cara pembelajaran yang
diberikan kepada siswa tersebut misalnya, mengatur tempat duduk, mengatur
jadwal pelajaran , dll
.
E. Teori belajar bloom
Belajar kognitif,Afektif dan psikomotorik merujuk
pada taksonomi
yang dibuat untuk tujuan pendidikan.
Taksonomi ini pertama kali disusun oleh Benjamin S. Bloom
pada tahun 1956.
Dalam hal ini, tujuan pendidikan dibagi menjadi beberapa domain (ranah,
kawasan) dan setiap domain tersebut dibagi kembali ke dalam pembagian yang
lebih rinci berdasarkan hirarkinya.
Tujuan pendidikan dibagi ke dalam tiga
domain, yaitu:
1. Cognitive Domain (Ranah
Kognitif), yang berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek intelektual,
seperti pengetahuan,
pengertian, dan keterampilan berpikir.
2. Affective Domain
(Ranah Afektif) berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek perasaan dan
emosi, seperti minat, sikap, apresiasi, dan cara penyesuaian diri.
3. Psychomotor Domain
(Ranah Psikomotor) berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek keterampilan
motorik seperti tulisan tangan, mengetik, berenang, dan mengoperasikan mesin.
Beberapa istilah lain yang juga menggambarkan
hal yang sama dengan ketiga domain tersebut di antaranya seperti yang
diungkapkan oleh Ki
Hajar Dewantoro, yaitu: cipta, rasa, dan karsa. Selain itu,
juga dikenal istilah: penalaran, penghayatan, dan pengamalan.
Dari setiap ranah tersebut dibagi kembali
menjadi beberapa kategori dan subkategori yang berurutan secara hirarkis
(bertingkat), mulai dari tingkah laku yang sederhana sampai tingkah laku yang
paling kompleks. Tingkah laku dalam setiap tingkat diasumsikan menyertakan juga
tingkah laku dari tingkat yang lebih rendah, seperti misalnya dalam ranah
kognitif, untuk mencapai “pemahaman” yang berada di tingkatan kedua juga
diperlukan “pengetahuan” yang ada pada tingkatan pertama.
Ø Domain
Kognitif
Bloom membagi domain kognisi ke dalam 6
tingkatan. Domain ini terdiri dari dua bagian: Bagian pertama berupa adalah
Pengetahuan (kategori 1) dan bagian kedua berupa Kemampuan dan Keterampilan
Intelektual (kategori 2-6)
Pengetahuan (Knowledge)
Berisikan kemampuan untuk mengenali dan
mengingat peristilahan, definisi, fakta-fakta, gagasan, pola, urutan,
metodologi, prinsip dasar, dsb. Sebagai contoh, ketika diminta menjelaskan
manajemen kualitas, orang yg berada di level ini bisa menguraikan dengan baik
definisi dari kualitas, karakteristik produk yang berkualitas, standar kualitas
minimum untuk produk,
Aplikasi (Application)
Di tingkat ini, seseorang memiliki kemampuan
untuk menerapkan gagasan, prosedur, metode, rumus, teori, dsb di dalam kondisi
kerja. Sebagai contoh, ketika diberi informasi tentang penyebab meningkatnya
reject di produksi, seseorang yg berada di tingkat aplikasi akan mampu
merangkum dan menggambarkan penyebab turunnya kualitas dalam bentuk fish bone
diagram.
Analisis (Analysis)
Di tingkat analisis, seseorang akan mampu
menganalisis informasi yang masuk dan membagi-bagi atau menstrukturkan
informasi ke dalam bagian yang lebih kecil untuk mengenali pola atau
hubungannya, dan mampu mengenali serta membedakan faktor penyebab dan akibat
dari sebuah skenario yg rumit. Sebagai contoh, di level ini seseorang akan
mampu memilah-milah penyebab meningkatnya reject, membanding-bandingkan tingkat
keparahan dari setiap penyebab, dan menggolongkan setiap penyebab ke dalam
tingkat keparahan yg ditimbulkan.
Sintesis (Synthesis)
Satu tingkat di atas analisis, seseorang di
tingkat sintesa akan mampu menjelaskan struktur atau pola dari sebuah skenario
yang sebelumnya tidak terlihat, dan mampu mengenali data atau informasi yang
harus didapat untuk menghasilkan solusi yg dibutuhkan. Sebagai contoh, di
tingkat ini seorang manajer kualitas mampu memberikan solusi untuk menurunkan
tingkat reject di produksi berdasarkan pengamatannya terhadap semua penyebab
turunnya kualitas produk.
Evaluasi (Evaluation)
Dikenali dari kemampuan untuk memberikan
penilaian terhadap solusi, gagasan, metodologi, dsb dengan menggunakan kriteria
yang cocok atau standar yg ada untuk memastikan nilai efektivitas atau
manfaatnya. Sebagai contoh, di tingkat ini seorang manajer kualitas harus mampu
menilai alternatif solusi yg sesuai untuk dijalankan berdasarkan efektivitas,
urgensi, nilai manfaat, nilai ekonomis, dsb
Ø Domain
Afektif
Penerimaan (Receiving/Attending)
Kesediaan untuk menyadari adanya suatu
fenomena di lingkungannya. Dalam pengajaran bentuknya berupa mendapatkan
perhatian, mempertahankannya, dan mengarahkannya.
Tanggapan (Responding)
Memberikan reaksi terhadap fenomena yang ada
di lingkungannya. Meliputi persetujuan, kesediaan, dan kepuasan dalam
memberikan tanggapan.
Penghargaan (Valuing)
Berkaitan dengan harga atau nilai yang
diterapkan pada suatu objek, fenomena, atau tingkah laku. Penilaian berdasar
pada internalisasi dari serangkaian nilai tertentu yang diekspresikan ke dalam
tingkah laku.
Pengorganisasian (Organization)
Memadukan nilai-nilai yang berbeda,
menyelesaikan konflik di antaranya, dan membentuk suatu sistem nilai yang
konsisten.
Karakterisasi
Berdasarkan Nilai-nilai (Characterization by a Value or Value Complex)
Memiliki sistem nilai yang mengendalikan
tingkah-lakunya sehingga menjadi karakteristik gaya-hidupnya.
Ø Domain
Psikomotor
Rincian dalam domain ini tidak dibuat oleh
Bloom, tapi oleh ahli lain berdasarkan domain yang dibuat Bloom.
Penggunaan alat indera untuk menjadi pegangan
dalam membantu gerakan.
Kesiapan (Set)
Kesiapan fisik, mental, dan emosional untuk
melakukan gerakan.
Guided Response
(Respon Terpimpin)
Tahap awal dalam mempelajari keterampilan
yang kompleks, termasuk di dalamnya imitasi dan gerakan coba-coba.
Mekanisme (Mechanism)
Membiasakan gerakan-gerakan yang telah
dipelajari sehingga tampil dengan meyakinkan dan cakap.
Respon Tampak yang
Kompleks (Complex Overt Response)
Gerakan motoris yang terampil yang di
dalamnya terdiri dari pola-pola gerakan yang kompleks.
Penyesuaian (Adaptation)
Keterampilan yang sudah berkembang sehingga dapat
disesuaikan dalam berbagai situasi.
Penciptaan (Origination)
Membuat pola gerakan baru yang disesuaikan
dengan situasi atau permasalahan tertentu.
Ada
pendapat lain tentang aspek psikomotorik. Menurut Davc (1970)
klasifikasi tujuan domain psikomotor terbagi lima kategori yaitu :
a. Peniruan
Terjadi
ketika siswa mengamati suatu gerakan. Mulai memberi respons serupa dengan yang
diamati. Mengurangi koordinasi dan kontrol otot-otot saraf. Peniruan ini pada
umumnya dalam bentuk global dan tidak sempurna.
b. Manipulasi
Menekankan
perkembangan kemampuan mengikuti pengarahan, penampilan, gerakan-gerakan
pilihan yang menetapkan suatu penampilan melalui latihan. Pada tingkat ini
siswa menampilkan sesuatu menurut petunjuk-petunjuk tidak hanya meniru tingkah
laku saja.
c. Ketetapan
Memerlukan
kecermatan, proporsi dan kepastian yang lebih tinggi dalam penampilan.
Respon-respon lebih terkoreksi dan kesalahan-kesalahan dibatasi sampai pada
tingkat minimum.
d. Artikulasi
Menekankan
koordinasi suatu rangkaian gerakan dengan membuat urutan yang tepat dan
mencapai yang diharapkan atau konsistensi internal di natara gerakan-gerakan
yang berbeda.
e. Pengalamiahan
Menurut
tingkah laku yang ditampilkan dengan paling sedikit mengeluarkan energi fisik
maupun psikis. Gerakannya dilakukan secara rutin. Pengalamiahan merupakan
tingkat kemampuan tertinggi dalam domain psikomotorik.
Dari penjelasan di atas dapat
dilihat bahwa domain psikomotorik dalam taksonomi instruksional pengajaran
adalah lebih mengorientasikan pada proses tingkah laku atau pelaksanaan, di
mana sebagai fungsinya adalah untuk meneruskan nilai yang terdapat lewat
kognitif dan diinternalisasikan lewat afektif sehingga mengorganisasi dan diaplikasikan
dalam bentuk nyata oleh domain psikomotorik ini.
KESIMPULAN
Belajar adalah suatu usaha sadar yang
dilakukan oleh individu dalam perubahan tingkah lakunya baik melalui latihan
dan pengalaman yang menyangkut aspek kognitif, afektif dan psikomotor untuk
memperoleh tujuan tertentu. Adapun Ciri-ciri belajar adalah sebagai berikut :
1. Adanya kemampuan baru atau perubahan.
Perubahan tingkah laku bersifat pengetahuan (kognitif), keterampilan
(psikomotorik), maupun nilai dan sikap (afektif).
2.
Perubahan itu tidak berlangsung sesaat saja melainkan menetap atau dapat
disimpan.
3.
Perubahan itu tidak terjadi begitu saja melainkan harus dengan usaha. Perubahan
terjadi akibat interaksi dengan lingkungan.
4.
Perubahan tidak semata-mata disebabkan oleh pertumbuhan fisik/ kedewasaan,
tidak karena kelelahan, penyakit atau pengaruh obat-obatan.